INDOSPORT.COM – Selain kualitas permainannya sebagai pebulutangkis, Taufik Hidayat juga beberapa kali menunjukan emosi dengan membanting raket saat pertandingan.
Sebagai salah satu pebulutangkis tunggal putra terbaik yang pernah ada, kualitas dan reputasi seorang Taufik Hidayat tentu sudah tak bisa diperdebatkan lagi.
Namun selain karena kualitasnya yang luar biasa, reputasi Taufik Hidayat juga sempat terbangun sebagai pebulutangkis yang sering meluapkan emosinya di atas lapangan.
Salah satu cara yang paling sering dilakukan Taufik Hidayat untuk meluapkan emosinya, baik itu karena kecewa dengan diri sendiri, dengan lawan ataupun wasit. Salah satunya dengan cara membanting raketnya di atas lapangan.
Beberapa kali kejadian tersebut pernah dilakukan Taufik Hidayat terutama di saat usiannya masih cukup muda. Sepertihalnya tiga momen berikut yang coba INDOSPORT rangkumkan kembali.
Singapura Open 1999
Di usia yang baru berusia 18 tahun pada final Singapura Open 1999, Taufik Hidayat sempat menunjukan kekesalannya dengan memukulkan keras atau membanting raket saat melawan Hariyanto Arbi.
Saat itu Taufik Hidayat membanting raket bukan lantaran kesal dengan Hariyanto Arby yang notabene seniornya di bulutangkis Indonesia. Melainkan dirinya hanya kesal karena tak bisa mengembalikan bola dalam situasi yang sebenarnya mudah lewat pukulan forehand.
Kekesalan Taufik Hidayat di laga final Singapura Open 1999 itu juga tak lepas dari tekanan yang dihadapainya sebagai pemain muda. Sebab kala itu sebenarnya, Taufik Hidayat punya peluang besar untuk meraih juara, meski pada akhirnya dirinya harus tetap mengakui keunggulan Hariyanto Arbi, dalam kedudukan akhir 15-13, 10-15 dan 11-15
Asian Games 2002
Tiga tahun berselang di gelaran Asian Games 2002 yang berlangsung di Korea Selatan, Taufik Hidayat kembali menunjukkan kekesalannya di atas lapangan dengan membanting raket.
Tapi bedanya, kali ini di final kategori beregu putera murni kesalahan Taufik dan bentuk kekesalannya terhadap lawan Shon Seung-mo dan juga wasit yang memimpin pertandingan. Wasit berkali-kali mengelurkan keputusan yang merugikan Taufik Hidayat.
Saat kedudukan 9-12 di set kedua, Taufik Hidayat sempat melayangkan protes kepada wasit saat pukulannya yang tipis di garis dianggap keluar. Hingga kemudian membuat pertandingan harus terhenti selama kurang lebih 30 menit.
Meski akhirnya pertandingan berlanjut, momen Taufik Hidayat membanting raket kala itu seakan menjadi pertanda kegagalan tim beregu bulutangkis Indonesia yang akhirnya harus menyerah dengan skor akhir 1-3 dari Korea Selatan.
Piala Thomas 2002
Pada tahun 2002 juga, tepatnya di bulan Mei dalam kejuaraan Piala Thomas, Taufik Hidayat saat itu juga sempat membanting raketnya, bahkan hingga patah.
Kejadian tersebut berlangsung di Tianhe Gymnasium, China,Minggu (19/05/02), dalam laga sarat emosi antara Indonesia vs Malaysia di final Piala Thomas 2002. Saat itu Taufik Hidayat bertanding di laga ketiga melawan Lee Tsuen Eng dan kala itu kedudukan sama imbang, Indonesia 1-1 Malaysia.
Dengan beban besar, lantaran Indonesia semat tertinggal lebih dulu, Taufik Hidayat yang saat itu baru berusia 20 tahun sebenarnya sempat mrebut set pertama, sebelum disamakan dan terpaksa memainkan set ketiga.
Di set ketiga itulah kejadian menguras emosi berawal yakni saat dudukan 2-4 untuk keunggulan Lee, smash Taufik yang melaju tipis di garis dinyatakan keluar oleh wasit Nahathai Sornprachum. Keputusan itu memancing Taufik untuk melakukan protes meski tak dihiraukan wasit.
Puncaknya di set kelima, ketika insiden kembali terjadi. ketika servis Taufik dinyatakan tidak masuk dalam kedudukan 0-0, Taufik Hidayat meluapkan emosinya dengan membanting raket bahkan hingga patah.
Taufik yang saat itu dalam beban berat, mereasa kecewa dengan keputusan wasit karena dirinya menilai bola pukulannya itu sempat lebih dulu menyentuh raket sang lawan. Di pertandingan itu juga Taufik Hidayat harus menyerah dalam kedudukan 7-1, 5-7, 2-7, 7-2, 3-7.
Meski pada akhirnya Indonesia bisa melakukan comeback untuk menjadi juara di ajang Piala Thomas 2002.