INDOSPORT.COM - Mengenang kisah 37 tahun lalu, saat laga terbesar dunia Badminton terjadi antara Icuk Sugiarto vs Liem Swie King di Denmark. Bagaimana ceritanya?
Pada tanggal 8 Mei tahun 1983 silam, terjadi pertandingan panas dalam partai final Kejuaraan Dunia Bulu Tangkis yang mempertemukan dua wakil Indonesia yakni Icuk Sugiarto vs Liem Swie King.
Panasnya pertandingan tersebut, membuat laman berita AFP menyebut partai final tersebut sebagai "pertarungan terbesar dalam bulu tangkis dunia."
Tidak kalah hebohnya, laman The Straits Time asal Singapura juga memuji laga tersebut sebagai "pertarungan yang masuk dalam sejarah bulu tangkis sebagai salah satu pertandingan terbaik yang pernah ada."
Mengingat kembali perjalanan kedua tunggal putra tersebut hingga ke partai final. Di mulai dari Icuk Sugiarto, pebulutangkis kelahiran Surakarta tersebut tampil gemilang dengan mengalahkan unggulan Denmark hingga India pada babak perempat final dan semifinal.
Sedangkan Liem Swie King tidak kalah mentereng dengan menaklukkan dua tunggal putra asal China, Chen Changjie di perempat final serta Han Jian di babak semifinal.
Kembail terjadinya all indonesia final di kejuaraan dunia badminton nomor tunggal putra, menimbulkan anggapan jika laga bakal berjalan antiklimaks seperti tahun sebelumnya saat Rudy Hartono bertemu Liem Swie King.
Dalam partai final kejuaraan dunia badminton 1980 tersebut, Liem Swie King yang sejatinya jauh diunggulkan dari segi umur malah kalah dari seniornya yang tujuh tahun lebih tua bahkan dengan dua set langsung, 15-9 dan 15-9.
Namun yang terjadi pada final tunggal putra tahun 1981 benar-benar diluar dugaan, salin susul-menyusul poin terjadi dari kedua pebulutangkis bahkan laga harus menghabiskan waktu selama satu jam 33 menit untuk selesai.
Durasi waktu tersebut berhasil memecahkan rekor untuk menentukan pemenang sebuah pertandingan badminton dalam nomor satu lawan satu. Lamanya pertandingan tidak lepas dari penggunaan format lama berupa sistem skor 15, best of three dan deuce at 13 and 14.
Jalannya pertandingan sangatlah sengit, meski di awal game pertama Liem berhasil unggul dengan skor 15-8 dalam tempo 21, namun kesalahan pada game kedua membuat Icuk merebut kemenangan dengan skor ketat 12-15.
Pada game penentuan, pertandingan menjadi semakin menegangkan. Icuk yang saat itu masih berusia 20 tahun mampu tampil gesit dan tidak terlihat lelah dalam menghadapi smash keras Liem Swie King.
Keduanya terus berkejaran-kejaran skor dan mengundang decak kagum penonton, tidak jarang para 'bule' yang datang memenuhi Brøndbyhallen bertepuk tangan panjang hingga menahan nafas dalam keheningan, karena pertandingan begitu menegangkan.
Penantian panjang para penonton untuk mengetahui siapa sosok juara Juara Dunia Badminton pun akhirnya terjawab, pada saat kedudukan 16-16, King melakukan servis, jika melihat track rekor bertandingnya, King bakal mudah melepaskan bola ke wilayah lawan, namun karena tensi laga sangat tinggi membuat shuttlecock meleset keluar lapangan dan langsung mengantarkan Icuk merebut gelar juara.
Kekalahan tersebut, membuat Liem Swie King untuk kedua kalinya secara beruntun gagal menjadi juara dunia meski tampil di partai final. Sementara bagi Icuk, kemenangannya membuat ia menjadi juara dunia termuda yang hingga kini belum terpecahkan.