INDOSPORT.COM – Budi Santoso, merupakan pebulutangkis berbakat Indonesia sektor tunggal putra yang sayangnya berada di bawah bayang-bayang Taufik Hidayat
Indonesia, tak henti-hentinya memproduksi bakat-bakat terpendam di olahraga bulutangkis, utamanya di sektor tunggal putra. Mulai dari Tan Joe Hok, Lim Swie King, Alan Budikusuma, Taufik Hidayat hingga Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Dari deretan pebulutangkis tunggal putra terbaik Indonesia, tersemat satu nama yang sangat berbakat juga tapi sayang ia tenggelam di bawah bayang-bayang Taufik Hidayat. Sosok itu adalah Budi Santoso yang merupakan tunggal putra andalan Indonesia 90-an hingga awal 2000.
Berada di Bawah Bayang-bayang Taufik Hidayat’
Lahir di Klaten, 44 tahun lalu, Budi Santoso tumbuh dan berkembang menjadi atlet bulutangkis berbakat hingga membuatnya bergabung dengan PB Djarum pada 1982. Sejak saat itu, berbagai prestasi pun berhasil direngkuh oleh Budi Santoso.
Sebut saja medali emas Piala Thomas 2002 dan Asian Games 1998 Di Bangkok, Thailand. Tak hanya di ajang tersebut, di level grand prix pun, Budi Santoso sukses merengkuh gelar juara di Hong Kong Open 1998 dan Polandia Open 1995.
Berbagai pencapaian itu pun sempat membuat Budi Santoso masuk dalam 10 besar tunggal putra terbaik di dunia. Akan tetapi ternyata kehebatannya bisa lebih mengkilap lagi andai tidak berada di bawah bayang-bayang Taufik Hidayat.
Banyak sekali kesempatan Budi Santoso tak mampu menjadi tunggal putra andalan Indonesia karena selalu kalah saing dengan Taufik Hidayat. Sial memang bagi Budi Setiawan karena ia berada satu generasi dengan Taufik Hidayat sehingga membuat sinarnya tak pernah mencapai level maksimal.
Satu contoh nyata Budi Santoso kalah saing adalah pada saat bertanding di final Indonesia Open 1999 melawan Taufik Hidayat. Budi Santoso saat itu di partai penentuan harus kalah dari Taufik Hidayat dengan skor 14-17, 12-15.
Kalah Bersaing dengan Hendrawan
Tak hanya kalah bersaing dengan Taufik Hidayat saja, rupanya Budi Santoso juga tak mampu mengungguli Hendrawan. Momen itu terjadi pada saat jelang Olimpiade 2000 di mana hanya ada 3 tunggal putra Indonesia saja yang bisa ikut serta.
Persaingan saat itu begitu ketat karena tiga slot itu diperebutkan oleh Taufik Hidayat, Marlev Mainaky, Hariyanto Arbi, Hendrawan dan Budi Santoso. Hendrawan yang mengalami sakit tifus jelang Olimpiade 2000 pun menjadi kecil peluangnya.
"Waktu itu saya saingan sama Budi dan Hari, masih ada lima turnamen, tapi saya kena tifus dan kehilangan kesempatan di dua turnamen. Jadi sisa turnamennya hanya All England, Swiss Openm dan Japan Open 2000,” ujar Hendrawan seperti yang dilansir dari laman resmi PBSI.
Akan tetapi Hendrawan yang pulih dengan cepat dari sakit tifus dengan mengejutkan berhasil masuk ke tim Olimpiade 2000 bersama Taufik Hidayat bersama Marleve Mainaky. Budi Santoso pun harus gigit jari tak bisa mengikuti ajang Olimpiade 2000.
Satu prestasi tertinggi lain yang diperoleh Budi Santoso adalah saat menjadi finalis All England 2002 saat kalah dari Chen Hong (China). Tak berapa lama setelah itu, Budi Santoso pun mengalami penurunan karier hingga memutuskan pensiun.
Di masa pensiunnya, Budi Santoso memutuskan untuk melatih klub bulutangkis bernama Mutiara Bandung. Itulah Budi Santoso, pebulutangkis berbakat yang sayangnya berada di bawah bayang Taufik Hidayat.