INDOSPORT.COM – Kevin Sanjaya harus merasakan penolakan hingga dianggap pemain yang tak miliki potensi, sebelum akhirnya menjadi ganda putra nomor satu dunia saat ini.
Seluruh penggemar bulutangkis dunia pasti akan mudah melihat Kevin Sanjaya saat ini sebagai pebulutangkis ganda putra nomor satu dunia, bersama Marcus Gideon.
Namun seperti banyak kisah sukses lainnya. Apa yang didapat Kevin Sanjaya bukalah sesuatu yang instan. Ada proses yang harus dilewati pria kelahiran 2 Agustus 1995 itu. Proses yang nyatanya diawali dari kisah tak mengenakan, sempat ditolak dalam seleksi dan dianggap sebagai pemain yang tak memiliki potensi dan gagal pada awalnya.
Kisah tersebut berawal pada tahun 2006. Saat Kevin yang berusia sekitar 11 tahun mengikuti seleksi untuk masuk ke klub PB Djarum di Kudus.
Namun jangan bayangkan kehebatan Kevin saat ini. Sebab kala itu dirinya justru mendapatkan penolakan atau gagal seleksi. Lantaran tubuhnya dianggap terlalu kecil untuk bisa tumbuh jadi pemain bulutangkis hebat.
Tak putus asa, pada seleksi tahun berikutnya, Kevin Sanjaya kecil lagi-lagi mengikuti seleksi masuk PB Djarum. Dan seperti tahun sebelumnya juga, dirinya hampir saja ditolak dengan alasan yang sama, tubuhnya terlalu kecil.
Beruntung di tahun 2007 itu ada Fung Permadi yang menjadi salah satu pelatih yang berhak memberikan penilaian dalam seleksi tersebut.
Meski bertubuh kecil, Fung Permadi saat itu menilai Kevin Sanjaya memiliki antisipasi bola yang bagus. Tahu kemana lawan akan menempatkan bola. Selain juga dirinya memiliki akurasi yang baik dalam melakukan penyerangan.
Atas penilaian Fung Permadi itu, Kevin Sanjaya akhirnya bisa lolos seleksi dan diterima masuk ke PB Djarum pada tahun 2007.
Namun tak berhenti sampai di situ. Diterimanya Kevin Sanjaya masuk PB Djarum, tak lantas semuanya berjalan mudah untuk pria yang kini bertinggi 170 cm tersebut.
Kevin Sanjaya yang saat itu merupakan pemain di sektor tunggal putra dianggap sebagai pemain yang tak memiliki potensi dan gagal. Hingga kemudian membuatnya harus dipindahkan ke sektor ganda.
Cerita tersebut sempat diutarakan pelatih PB Djarum, Ade Lukas. Yang kala itu diminta datang ke Kudus untuk melihat pemain tunggal yang sudah tak memiliki potensi lagi. Yang tidak lain dan tak bukan adalah Kevin Sanjaya.
Seperti Fung Permadi pada awalnya. Ade Lukas juga melihat Kevin Sanjaya sebenarnya merupakan pemain yang memiliki potensi. Namun dirinya menilai apa yang dimiliki Kevin Sanjaya, memang potensi skill yang berbeda dengan banyak pemain lainnya. Khususnya dalam hal kemampuan tangan Kevin Sanjaya.
Mendapatkan arahan dari Ade Lukas, Kevin Sanjaya dengan ‘pukulan anehnya’ itu mulai memperlihatkan kualitas penampilan yang meingkat dalam setahun.
Apa lagi kala itu Kevin Sanjaya juga sempat mendapatkan arahan langsung dari pelatih Sigit Budiarto yang merupakan mantan pemain ganda putra hebat Indonesia.
Saat itu Sigit Budiarto juga memiliki pandangan terhadap Kevin Sanjaya. Yang dinilainya bukan hanya memiliki potensi lewat skill pukulannya. Namun juga dari mentalnya yang mulai terlihat di atas rata-rata. Dengan bukti bisa mengalahkan pemain Pelatnas kala itu.
Dengan tempaan pelatih-pelatih yang penuh pengalaman di PB Djarum. Pada akhirnya kegagalan Kevin Sanjaya dalam seleksi pertamanya, juga potensinya yang dianggap tak ada di sektor tunggal putra.
Justru membawanya ke dalam sebuah kesuksesan luar biasa saat ini. Dibanding pemain-pemain angkatannya, Kevin Sanjaya tetap bisa tampil konsisten terus bertumbuh dan akhirnya meraih pencapaian tertinggi setelah dipasangkan dengan Marcus Gideon, seperti yang banyak penggemar bulutangkis ketahui saat ini.