Tony Gunawan Bandingkan Bedanya Bulutangkis di Indonesia dan Amerika

Kamis, 28 Mei 2020 17:53 WIB
Penulis: Yosef Bayu Anangga | Editor: Arum Kusuma Dewi
© Nick Laham/Getty Images
Mantan atlet bulutangkis Tony Gunawan mengungkapkan perbedaan yang ia rasakan pada dunia bulutangkis di Indonesia dan Amerika Serikat. Copyright: © Nick Laham/Getty Images
Mantan atlet bulutangkis Tony Gunawan mengungkapkan perbedaan yang ia rasakan pada dunia bulutangkis di Indonesia dan Amerika Serikat.

INDOSPORT.COM – Mantan atlet bulutangkis Tony Gunawan mengungkapkan perbedaan yang ia rasakan pada dunia bulutangkis di Indonesia dan Amerika Serikat.

Nama Tony Gunawan layak disebut sebagai salah satu legenda bulutangkis Indonesia, khususnya di nomor ganda putra. Bersama pasangannya yakni Candra Wijaya, Tony berhasil meraih prestasi puncak pebulutangkis dengan merebut medali emas Olimpiade, tepatnya pada Olimpiade Sydney 2000.

Namun, usia memenangkan Olimpiade, pria kelahiran Surabaya itu justru membuat keputusan menggemparkan. Ia memilih untuk meninggalkan Indonesia dan menetap secara permanen di Amerika Serikat.

Meski pindah ke negara yang terbilang medioker di cabang bulutangkis, rupanya hal itu tidak meredupkan prestasi Tony. Pada tahun 2005, Tony yang telah teralih kewarganegaraan menjadi warga AS membawa negara barunya menjadi juara dunia di nomor ganda putra.

Kepada Hans-Kristian Vittinghus dalam podcast A Year on Tour With Vittinghus, Tony pun mengungkapkan perbedaan yang ia rasakan tentang bulutangkis di Tanah Air dengan di Amerika Serikat.

Pada dasarnya, Tony menyebut saat berlatih di Amerika Serikat ia harus lebih mandiri karena harus mengurus semua sendiri. Sementara itu, saat di Indonesia, semua hal sudah diurus oleh federasi.

“Di Indonesia kami semua bernaung di bawah tim nasional, semuanya diurus oleh pelatih dan staf tim nasional,” kata Tony kepada Vittinghus, pebulutangkis tunggal putra Denmark.

“Di AS kami punya pelatih, salah satu teman saya Ignatius Rusli. Jadi saya dapat bantuan dari dia dan juga Orange County Badminton Club. Pemiliknya membantu saya pindah ke AS dan mempersiapkan saya untuk tinggal di sini.”

“Kalau soal latihan, di Indonesia pada dasarnya kami latihan dan bertanding di turnamen. Kami tak perlu khawatirkan hal lain. Sementara di sini semuanya harus dilakukan sendiri. Jadi dari mendaftar visa ke luar negeri, membuat jadwal, ke sekolah jadi semuanya harus dikerjakan sendiri.”

Lebih lanjut, meski merasa kehidupan sebagai atlet bulutangkis di Amerika lebih berat, Tony mengaku hal itu justru memberinya nilai positif. “Jauh lebih susah, tapi saya rasa itu semua membuat saya lebih kuat, dewasa, dan independen,” tutupnya.