Analisa: 3 Faktor yang Buat Ahsan/Hendra Lebih Mudah Kalahkan Endo/Yuta
Apabila pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon cenderung mudah terbawa dengan gaya bermain Endo/Yuta, maka berbeda dengan Ahsan/Hendra yang cenderung lebih berani 'berjudi' dengan serangan-serangan yang bervariasi.
Usia yang sudah tak lagi muda tampaknya menjadi alasan utama mengapa pasangan Ahsan/Hendra ogah meladeni permainan rally-rally panjang yang selalu ditampilkan oleh pasangan Endo/Yuta setiap kali mereka bermain.
Tipe permainan bertahan yang diperagakan oleh Endo/Watanabe sejauh ini terbukti sukses menghabiskan energi dari Kevin/Marcus untuk kemudian melakukan serangan ketika ganda putra peringkat 1 dunia tersebut sudah kelelahan dan kehabisan akal.
Tetapi tipe bermain seperti itu, tampaknya tidak terlalu sukses ketika mereka mainkan pada saat berhadapan dengan Ahsan/Hendra yang secara pengalaman sudah jauh lebih banyak dan lebih matang.
Lihat saja, ketika pasangan Ahsan/Hendra bermain. Pasangan Endo/Watanabe jarang mengangkat bola ke belakang dan biasanya cenderung terikut arus permainan yang dikembangkan oleh duet peringkat 2 dunia tersebut.
Placing mematikan, pukulan-pukulan drive yang apik dan smash yang keras tampaknya menjadi kombinasi permainan menyerang yang tepat bagi pasangan Ahsan/Hendra untuk mengobrak-abrik pertahanan Endo/Yuta.
Bermain Lebih Sabar
Memang betul, jika usia akan sangat mempengarui kematangan dan kesabaran. Hal tersebut jarang terlihat di pasangan Kevin/Marcus ketika berhadapan dengan Endo/Watanabe dalam lima pertemuan terakhir mereka dan baru terlihat ketika di final All England 2020 bulan Maret lalu.
Pasangan Ahsan/Hendra memang tampak jauh lebih sabar ketika berhadapan dengan Endo/Watanabe. Mereka sangat jarang menunjukkan kefrustrasian ketika pertahanan wakil Jepang tersebut sulit untuk ditembus atau dalam posisi tertinggal sekalipun.
Hal tersebut sangat tampak ketika Ahsan/Hendra berlaga di partai pamungkas BWF World Tour Finals 2019 lalu di Guangzhou, China, di mana mereka yang seharusnya tidak lagi memiliki harapan di game kedua karena sudah tertinggal sangat jauh, nyatanya malah berhasil membalikkan keadaan untuk mengklaim gelar juara hanya dalam dua game saja.
Hal yang sama juga berlaku ketika mereka bertemu di semifinal Indonesia Open 2019 lalu, di mana Ahsan/Hendra yang sudah ketinggalan di game ketiga dan pasangan Endo/Watanabe hanya membutuhkan satu poin lagi untuk menang, nyatanya tak berhasil memenangkan pertandingan.
Justru pasangan Ahsan/Hendra-lah yang berhasil memenangkan pertandingan dan akhirnya mencapai partai final dan kemudian berhadapan dengan pasangan Kevin Sanjaya/Marcus Gideon.
Itulah tiga hal penting mengapa pasangan Ahsan/Hendra lebih mudah mengalahkan Endo/Watanabe ketika mereka bermain dalam kondisi fisik yang bugar dan stamina yang full.