INDOSPORT.COM - Berikut kisah eks bulutangkis Korea Selatan Park Joo-bong yang sulit juara di Indonesia dan kini tengah mengkritik legenda Tanah Air, Flandy Limpele.
Park Joo-bong diketahi lahir di kawasan Imsil, Jeollabuk-do, Korea Selatan, 5 Desember 1964. Pria berusia 55 tahun ini berpostur 1,82 meter.
Memakai tangan kanan untuk memegang raket bulutangkis, Park Joo-bong perlahan menjadi atlet tepok bulu yang andal pada masanya itu.
Diketahui kalau dirinya tampil di sektor ganda putra bersama Kim Moon-soo dan Ra Kyung-min. Beberapa kali sempat bergeser ke ganda campuran.
Usai pensiun dari dunia bulutangkis yang telah membesarkan namanya, peraih emas Olimpiade 1992 Barcelona ini menerima tawaran melatih di Jepang.
Kabar terkini kalau Park Joo-bong turut menyampaikan kritikan terhadap Asosiasi Bulutangkis Malaysia (BAM) yang menunjuk Flandy Limpele.
Sebab, legenda tepok bulu Indonesia itu dipercaya menjadi kepala pelatih ganda putra bulutangkis Negeri Jiran untuk beberapa tahun ke depan.
Kepala pelatih Asosiasi Bulutangkis Jepang (NBA) ini merasa kalau penunjukan tersebut belum membuktikan apa-apa dan menangani Malaysia bisa jadi ujian yang sebenarnya.
"Itu memang pilihan yang menarik. Flandy berada di Jepang bersama klub Hitachi untuk beberapa waktu. Tetapi tak ada pemain ganda dari klub itu yang masuk ke tim nasional kami," kata Joo-bong dilansir The Star.
Lebih lanjut peraih empat gelar World Cup itu juga menganggap kalau salah satu ganda dirikan Flandy hanya bisa masuk skuat cadangan Jepang dan di posisi terendah.
"Flandy juga ada di India dengan tim ganda putra sebelumnya, tapi pasangan teratas mereka (Satwiksairaj/Chirag) telah menembus 10 besar sebelum ia tiba," ujar Joo-bong.
Mendapat sentilan tersebut, Flandy Limpele turut memberikan jawaban tak diduga-duga dari sebelumnya. Dia mengaku rada kecewa pada Park Joo-bong.
"Sangat disayangkan statement itu ke luar dari seorang Park Joo-bong yang dianggap Master Coach di dunia badminton," buka Flandy kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT.
Pria berusia 46 tahun itu menilai kalau apa yang disampaikan Joo-bong bisa dibilang tak etis untuk sesama pelatih yang bekerja untuk negara lain.
"Tapi baiklah, saya akan jadikan ini sebagai penyemangat untuk bekerja lebih baik lagi," pungkas pelatih kelahiran Manado itu.
Terlepas dari pernyataan Park Joo-bong terhadap Flandy Limpele, ternyata legenda Korea Selatan itu memiliki kisah tersendiri kala masih aktif bertanding.
Pasalnya dalam sejumlah kesempatan, perengkuh dua kali Piala Sudirman itu ternyata memiliki kesulitan ketika tampil di hadapan publik Indonesia.
Terlebih, Indonesia memiliki suporter dengan tingkat kebisingan yang luar biasa dalam mendukung atlet Tanah Air bertanding di level internasional.
Berikut kisah singkat bagaimana hasilnya ketika Park Joo-bong bermain di Indonesia dalam turnamen bulutangkis internasional.