In-depth

Ketika Indonesia Open Dijajah Pihak Asing dan Kita Hanya Bisa Menonton

Jumat, 17 Juli 2020 17:01 WIB
Editor: Coro Mountana
© Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Greysia Polii/ Nitya Krishinda menjadi runner up setelah kalah dari pasangan Jinhua Tang/Qing Tian dalam BCA Indonesia Open 2015 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation. Minggu (05/06/2015). Copyright: © Ratno Prasetyo/INDOSPORT
Greysia Polii/ Nitya Krishinda menjadi runner up setelah kalah dari pasangan Jinhua Tang/Qing Tian dalam BCA Indonesia Open 2015 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation. Minggu (05/06/2015).
Indonesia Open 2007

Pertama kali kita hanya bisa menonton Indonesia Open dijajah pihak asing adalah saat edisi 2007 di mana tak ada satu wakil tanah air pun yang berhasil jadi juara. Padahal sebelumnya, selalu ada minimal satu wakil Indonesia yang juara.

Lebih miris lagi, di babak final, wakil Indonesia yang tersisa hanyalah Nova Widianto/Liliyana Natsir di sektor ganda campuran. Langkah Nova Widianto/Liliyana Natsir sendiri akhirnya kandas di babak final setelah kalah dari Zheng Bo/Gao Ling.

Di sektor lain, Taufik Hidayat yang sudah begitu melegenda di Indonesia Open rupanya harus tersingkir juga di babak semifinal. Bertanding melawan Bao Chun Lai, Taufik Hidayat tak kuasa menahan lajunya yang ingin bertemu Lee Chong Wei di babak final.

Indonesia Open 2009-2011

Sony Dwi Kuncoro dan Vita Marissa/Liliyana Natsir sempat membuat tanah air berpesta saat memenangi Indonesia Open edisi 2008. Namun, setahun berikutnya, fenomena kita hanya bisa melihat Indonesia Open dijajah pihak asing rupanya Kembali berlanjut.

Lebih mengenaskan lagi, tak ada satu wakil tanah air pun yang memenangi Indonesia Open dalam 3 edisi berikut yaitu 2009 hingga 2011. Pada masa kelam 3 tahun itu, Lee Chong Wei yang menjadi wakil Malaysia sekaligus rival Indonesia, malah berhasil hattrick juara.

©
Caption Copyright: Lee Chong Wei.

Sedangkan di sektor tunggal putri, Saina Nehwal bergantian menjuarai Indonesia Open bersama Wang Yihan. Nama-nama tenar tercatat berhasil menguasai atau menjajah Indonesia Open dalam periode kelam itu.

Sebut saja Jung Jae-sung/Lee Yong-dae, Cai Yun/Fu Haifeng, Wang Xiaoli/Yu Yang, hingga Zhang Nan/Zhao Yun Lei, tercatat pernah merasakan podium juara 1 Indonesia Open. Bahkan nama-nama kejutan seperti Chin Eei Hui/Wong Pei Tty dan Robert Mateusiak/Nadiezda Kostiuczyk juga pernah juara.

Indonesia Open 2014-2016

Keberhasilan Simon Santoso dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan pada 2012 dan 2013 tadinya sempat membuat kita lupa kalau Indonesia Open pernah dijajah pihak asing. Tapi ternyata pada edisi 2014, ingatan kelam akan tak ada wakil Indonesia yang sukses di rumah sendiri Kembali terngiang.

Seperti sebuah déjà vu, selama 3 tahun lagi yaitu sejak 2014 hingga 2016, kita hanya bisa menonton wakil negara lain yang jadi juara Indonesia Open. Mulai dari Kento Momota, Rathcanok Intanon, hingga Xu Chen/Ma Jin, menjadi salah satu dari banyak pihak asing yang juara Indonesia Open.

Sebaliknya, semua wakil Indonesia tidak ada yang pernah benar-benar menjadi juara pada periode kelam itu. Untungnya, sejak 2017, harga diri sebagai tuan rumah dapat terselamatkan oleh Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Marcus Gideon/Kevin Sanjaya.

Kini dengan diadakannya Indonesia Open 2020 pada 17 November mendatang, akankah kita kembali menyaksikan penjajahan dari pihak asing lagi?