Mengintip Bulutangkis di Tuvalu, Negara Terkecil Keempat di Dunia
Tuvalu resmi menjadi anggota Badminton Oceania sejak 2006, sebagaimana dikutip dari laman resminya. Di tahun yang sama, mereka ikut berkompetisi di South Pacific Games.
Dua tahun berselang, federasi ini memperkenalkan badminton ke dalam kurikulum pendidikan jasmani dan mulai membangun lapangan-lapangan.
Melalui program Shuttle Time, sekolah-sekolah diberikan peralatan gratis bagi para gurunya dalam mengajar aktivitas ke anak-anak usia 5 hingga 15 tahun.
Badminton Tuvalu melalui akun resminya di Facebook aktif mengabarkan berbagai kegiatan bulutangkis yang diikuti anak-anak. Salah satunya saat mereka merayakan Hari Olimpiade pada 26 Juni lalu. Mereka mengadakan kompetisi berformat round robin untuk anak-anak di bawah usia 10, 12, 14, dan 16 tahun.
Federasi Badminton Tuvalu dipimpin oleh Iakopo Molotii. Ia juga sekaligus menjabat sebagai Presiden Asosiasi Olahraga dan Komite Olimpiade Nasional Tuvalu (TASNOC).
Dalam program Shuttle Time, ia menyelenggarakan kompetisi sesudah waktu sekolah secara reguler.
“Jika bukan karena peralatan yang disediakan Shuttle Time, bulutangkis tak akan bisa bersaing dengan rugbi dan sepak bola, yang menjadi olahraga utama di pulau ini,” tuturnya.
Iakopo menyatakan bahwa bulutangkis mengajarkan nilai-nilai baik kepada anak-anak Tuvalu, terutama tentang sportivitas, respek, dan persahabatan.