INDOSPORT.COM - Media Amerika Serikat, New York Times, menyoroti bagaimana pentingnya bulutangkis untuk masyarakat Indonesia.
Presiden Komite Olimpiade Indonesia, Raja Sapta Oktohari menyebut bulutangkis merupakan DNA dari Indonesia, karena antusiasme yang besar dari masyarakat Tanah Air terhadap sektor olahraga ini sangat besar.
"Ketika Anda bicara bulutangkis, maka sebutlah Indonesia. Ini menunjukkan betapa pentingnya olahraga itu," jar Raja Sapto yang dikutip dari media New York Times.
Sebab bulutangkis sangat penting bagi Indonesia, itulah mengapa media AS berujar kalau penundaan Olimpiade Tokyo yang seharusnya digelar tahun 2020 ini dan diundur ke tahun 2021 mendatang menjadi salah satu pukulan bagi para pecinta bulutangkis Indonesia.
Terlebih lagi, bulutangkis satu-satu cabang olahraga yang jarang absen mempersembahkan medali emas untuk Indonesia, setidaknya sudah tujuh medali emas yang berhasil diraih oleh wakil Indonesia.
Tetapi, media AS berujar penundaan Olimpiade Tokyo ke tahun 2021 nyatanya tak membuat semangat dari atlet bulutangkis Indonesia redup, meskipun Pelatnas Cipayung berbulan-bulan disterilkan dan para atlet harus menaati protokel kesehatan yang berlaku dimana setiap yang masuk ke area Pelatnas harus menggunakan masker dan pelindung wajah.
Media AS juga menyoroti turnamen internal bulutangkis yang baru-baru digelar oleh PBSI untuk mencegah pemaiin merasa bosan dan kembali mengangkat semangat kompetitif para atlet bulutangkis Indonesia yang terpaksa tanpa turnamen dalam kurun waktu lebih dari empat bulan.
PBSI memang diketahui baru saja selesai menggelar turnamen internal khusus untuk para atlet Pelatnas Cipayung selama lima minggu berturut-turut yang bekerja sama langsung dengan pihak - pihak terkait yang memiliki semangat yang sama untuk terus memajukan semangat bulutangkis di Indonesia.
Sebelum bulutangkis resmi dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, bulutangkis pertama kali disajikan sebagai olahraga demonstrasi di Olimpiade Munich 1972, dimana pemai Indonesia yakni Christian Hadinata berhasil menjadi juara di sektor ganda putra pada saat itu meskipun kemenangan itu tanpa medali atau dinyanyikanya lagu kebangsaan.
Setelah dua dekade, bulutangkis akhirnya resmi dipertandingkan di Olimpiade Barcelona 1992, dimana pada edisi pertama tersebut, tim bulutangkis Indonesia berhasil meraih lima medali, dimana dua medali emas dipersembahkan oleh Susy Susanti dan Alan Budikusuma yang saat ini menjadi pasangan suami-istri dan dikenal sebagai pengantin Olimpiade.
Tak heran jika media AS menyebut betapa pentingnya olahraga bulutangkis untuk Indonesia karena antusiasme yang tinggi dan semangat yang luar biasa dari para atlet dan juga masyarakatnya.
Bahkan lewat bulutangkis hadir para Juara Dunia seperti Liliyana Natsir, Hendra Setiawan dan masih banyak lagi. Negara-negara lain pun selalu beranggapan kalau Indonesia adalah negara yang jago bulutangkis dan semoga akan terus seperti itu selamanya.