INDOSPORT.COM – Tunggal putri bulutangkis Thailand, Ratchanok Intanon, membeberkan perjalanan panjang bulutangkis menjadi semakin populer di negara asalnya.
Bulutangkis awalnya bukanlah olahraga yang populer di Thailand, kalah dari sepak bola dan bola voli. Namun seiring berjalannya waktu, olahraga tepok bulu ini semakin mendapatkan hati bagi masyarakat Negeri Gajah Putih itu.
Semua ini tak lepas dari penampilan salah satu tunggal putri terbaik di dunia, Ratchanok Intanon. Pebulutangkis berusia 25 tahun itu menjadi juara dunia untuk pertama kalinya pada tahun 2013.
“Sepak bola adalah olahraga paling populer di Thailand, yang kedua ya kalau tidak bola voli ya bulutangkis,” kata Ratchanok saat diwawancarai oleh Olympic Channel.
“Namun bulutangkis semakin populer. Dulu bulutangkis tidak populer di Thailand, tapi karena performa saya yang konsisten, semakin banyak orang menggemari bulutangkis.
Ratchanok Intanon sendiri merupakan salah satu atlet bulutangkis yang cukup dikenal. Berkat prestasinya di kancah internasional, dia menjadi tunggal putri unggulan pertama yang selalu diandalkan negaranya.
Raihan gelar juara dunia di tahun 2013 saat itu diraih saat dia tampil di ajang Kejuaraan Dunia di Guanzhou, China. Saat itu usianya masih 18 tahun dan membuat dia jadi pemain termuda yang memenangkan turnamen itu.
“Saat itu saya terkejut, saya tidak percaya bahwa saya menang. Saya tidak pernah berharap bisa melaju sebegitu jauh (memenangkan Kejuaraan Dunia),” lanjut Ratchanok.
Pengalaman menjuarai Kejuaraan Dunia itu membuat Ratchanok semakin mantap mengukir prestasi di dunia bulutangkis. Hingga muncullah kata-kata penyemangat dalam hidupnya, “Tak Ada yang Tidak Mungkin.”
Pada tahun 2020 ini, Ratchanok berhasil menggondol gelar juara di Indonesia Masters. Gelarnya itu diraih usai mengalahkan wakil dari Spanyol, Carolina Marin, secara rubber set 21–19, 11–21, 21–18.