INDOSPORT.COM - Legenda bulutangkis Malaysia, Foo Kok Keong, menyebut kemenangan atas 2 legenda Indonesia di final Piala Thomas 1992 merupakan kemenangan bersejarah.
Piala Thomas 1992 bisa dikatakan menjadi kompetisi yang paling bersejarah bagi legenda tunggal putra Malaysia, Foo Kok Keong. Sebab, di turnamen beregu itu, ia menjadi tokoh kunci kesuksesan Malaysia karena berhasil mengalahkan 2 pemain legendaris Indonesia, Alan Budikusuma dan Ardy B. Wiranata.
Meskipun berstatus sebagai pemain yang berstatus underdog pada saat itu, legenda Malaysia, Foo Kok Keong, berhasil membuktikan kehebatannya saat melawan dua wakil Indonesia, Alan Budikusuma dan Ardy B. Wiranata, untuk membawa Malaysia meraih trofi Piala Thomas pada tahun 1992.
Diakui oleh legenda Malaysia, Foo Kok Keong, kemenangan atas legenda tunggal putra Indonesia, Alan Budikusuma merupakan kemenangan yang brsejarah baginya karena pada saat itu status lawannya adalah Juara Olimpiade Barcelona 1992, tetapi ia berhasil mengalahkannya dengan skor 15-6, 15-12 di final Piala Thomas 1992.
“Bagi saya, kemenangan itu tidak terduga. Persentase itu untuk Alan Budi. Dia masih muda dan akan datang. Dia menjadi juara Olimpiade tahun itu. Namun, pada hari itu, bermain di kandang sendiri, saya bermain bagus. Setiap stadion memiliki drift, dan tidak mudah untuk bermain di Stadion Negara," ujar Foo Kok Keong dikutip dari media Stadium Astro.
“Saya suka bermain melawan angin melawan Alan. Biasanya orang Indonesia suka bermain-main dengan angin karena pukulannya yang keras, tetapi bermain melawan angin memudahkan untuk mengontrol kok. Itu adalah kemenangan yang tak terlupakan dan itu membuat sejarah bagi kami semua," lanjutnya.
Tak hanya mengalahkan Alan Budikusuma, legenda Malaysia, Foo Kok Keong juga mengalahkan legenda Indonesia yang lainnya yaitu Ardy B. Wiranata, tetapi dalam pertarungan yang lebih sengit hingga babak rubber game di final Piala Thomas 1992, dimana ia menang dengan skor 12-15, 15-8, 17-14.
“Ardy menang dulu, lalu saya di game kedua. Akhirnya saya menang 17-14. Itu sejarah, saya tidak bisa melupakannya,” pungkasnya.
Piala Thomas 1992 menjadi trofi terakhir yang berhasil diraih oleh tim bulutangkis Malaysia dan selepas hari penuh keajaiban itu, belum ada lagi trofi yang berhasil dibawa pulang ke Negeri Jiran.