INDOSPORT.COM - Disebut arogan karena gaya permainannya, legenda ganda putra Malaysia, Koo Kien Keat menyebut kalau dirinya hanya berusaha menjadi diri sendiri.
Eks pebulutangkis ganda putra peringkat 1 dunia asal Malaysia, Koo Kien Keat mengakui bahwa gaya bermain yang ia tunjukkan semasa masih aktif bermain dulu seringkali membuat para lawannya berpikir kalau ia pemain yang arogan.
Tetapi, legenda ganda putra Malaysia, Koo Kien Keat mengaku tidak mempedulikan hal tersebut. Ia hanya berusaha bermain dengan gayanya sendiri dan terbukti bahwa hal itu yang bisa membawanya ke puncak kesuksesan sebagai seorang pebulutangkis.
“Saya disebut arogan karena gaya permainan saya tapi saya menikmati setiap momen yang saya mainkan sebagai Koo Kien Keat. Ini memberi saya sensasi untuk melakukan bidikan indah yang berhasil," ujar Koo Kien Keat dikutip dari media The Star.
Selain itu, pemain yang mengawali debut manisnya di Piala Thomas 2004 ini mengakui bahwa dirinya sangat menyukai tembakan-tembakan tipuan dan ia selalu berusaha untuk menantang dirinya dan memiliki tekad kuat untuk menunjukkan siapa yang lebih cepat pada lawan-lawannya.
“Saya menyukai gerakan-gerakan ganda, tembakan yang menipu. Saya selalu menantang diri sendiri untuk mengantisipasi trik lawan dan bertekad menunjukkan siapa yang lebih cepat," lanjutnya.
Meskipun akhirnya kalah dari pasangan Indonesia, Eng Hian/Flandy Limpele di perempatfinal Piala Thomas 2004, namun setelah itu Koo Kien Keat berhasil menjelma sebagai pemain yang disegani setelahnya.
Tetapi, legenda Malaysia tidak bisa memungkiri bahwa gaya bermain yang diperagakannya di lapangan telah membuat dirinya memiliki citra arogan, namun baginya itu semua tidak penting.
“Itu semua tentang permainan pikiran bagi saya, mencoba untuk mengintimidasi dan mengakali lawan, beberapa melihatnya sebagai kesombongan tapi tidak masalah bagi saya," pungkasnya.
Setelah debut manis di Piala Thomas 2004, menjadi peringkat 1 dunia di ganda putra bersama Tan Boon Heong serta meraih banyak gelar bergengsi, Koo Kien Keat memutuskan meninggalkan Pelatnas Malaysia pada tahun 2014 dan gagal lolos ke Olimpiade Rio 2016.