INDOSPORT.COM - Belum lama ini media olahraga asal Denmark, Sports TV2, memberikan pernyataan mengejutkan dengan menyebut negara Asia, salah satunya Indonesia, egois sebagai buntut dibatalkannya Piala Thomas-Uber. Hal ini pun menuai respons dari Konfederasi Bulutangkis Asia (BAC).
BAC yang berperan sebagai induk bulutangkis Asia dikabarkan telah memberikan respons keras kepada media Denmark tersebut. BAC membantah dan tidak terima dengan tuduhan yang diberikan kepada negara-negara Asia sebagai biang kerok dari ditundanya Piala Thomas-Uber 2020.
Chief Operating dari BAC, Saw Chit Boon, memberikan sebuah pembelaan kepada negara-negara Asia yang memutuskan mundur dari Piala Thomas-Uber 2020 di Denmark. Seperti kita ketahui, Indonesia adalah salah satu negara Asia yang turut mengundurkan diri dari ajang tersebut.
Saw Chit Boon mengatakan bahwa tindakan yang dilakukan oleh negara-negara Asia itu merupakan hal dari setiap negara peserta. Tentunya, hak tersebut tidak ada maksud untuk mempersusah Denmark, dalam hal ini adalah tuan rumah dari Piala Thomas-Uber 2020.
"Tentu itu adalah sebuah hak setiap negara peserta, untuk memberikan sebuah keputusan apakah mereka akan ikut serta atau tidak," ucap Boon dilansir dari The Star.
Boon menambahkan bahwa setiap masing-masing negara memiliki sebuah SOP-nya tersendiri. Hal ini berpengaruh pada aturan dan kebijakan masing-masing setiap warga negara Asia untuk bepergian ke luar negeri.
"Pernyataan (egois) itu muncul karena mereka (Denmark) adalah tuan rumahnya. Jadi, bila keadaanya dibalik, Denmark akan melakukan hal yang sama?" tambahnya.
Piala Thomas dan Uber 2020 sendiri telah mengalami tiga kali penundaan. Sebelum diputuskan ditunda lagi, turnamen tersebut semula diharapkan bisa jadi kejuaraan internasional pertama sejak Maret lalu ketika pandemi menghentikan seluruh agenda turnamen bulutangkis.
Sebelumnya, komentator media olahraga Sports TV2, Boastrup, mengatakan sebuah konspirasi yakni para pemain Asia sengaja membuat segalanya berlangsung rumit di balik penundaan Piala Thomas-Uber.
Lebih lanjut lagi, Boastrup menyatakan bahwa keputusan yang diambil oleh para pemain Asia sama sekali bukan keputusan yang bijak, dan mengatakan bahwa mereka hanya berpikir jangka pendek dan tidak jangka panjang mengenai kesejahteraan olahraga bulutangkis.
Boastrup menyebut mungkin bagi para pemain Asia yang dibayar oleh Federasi Bulutangkisnya, tidak bermain di sebuah kompetisi bukanlah sebuah masalah, namun untuk pemain Denmark? Ada banyak kerugian yang harus dialami dengan kembali ditundanya kompetisi bulutangkis oleh BWF.
Terakhir, Boastrup khawatir jika pemain Asia hanya memikirkan kepentingannya sendiri dan tidak memikirkan apa dampak yang akan timbul dari keputusan yang mereka ambil untuk pemain lain.