INDOSPORT.COM – Olahraga bulutangkis semakin berkembang di negara-negara Asia, termasuk di Timur Tengah. Salah satu negara dengan perkembangan signifikan di bulutangkisnya adalah Bahrain.
Negara dengan 1,5 juta penduduk ini terletak di Teluk Persia. Meski merupakan negara mungil, Bahrain terkenal sebagai negara kaya. Bahkan menurut catatan Transparency International, Bahrain menjadi negara terkaya ke-25 dunia dari 185 negara.
Sepak bola masih menjadi olahraga paling populer di sini. Tim nasional mereka cukup sukses di Asia dan ikut berpartisipasi di kualifikasi Piala Dunia FIFA meski belum mampu lolos. Bahrain juga terkenal menjadi tuan rumah kejuaraan dunia MMA dan ajang balapan Formula 1.
Sementara di olahraga tepok bulu, Bahrain menjadi negara pertama di daerah Teluk yang memiliki federasi badminton sendiri, yakni pada 1981, meski masih bergabung dengan olahraga squash.
Pelatih tim nasional bulutangkis Bahrain bernama Ahmad Samer Aljallad yang berasal dari Suriah. Tak hanya melatih, ia juga masih ikut bertanding di kompetisi-kompetisi internasional. Sebelum menjadi pelatih di Bahrain, ia sempat tinggal dan bermain di Malaysia selama lima tahun.
Mengutip laman Badminton Asia, Bahrain telah menyelenggarakan turnamen internasional di area Timur Tengah sejak 2002. Bahkan tercatat mereka telah melangsungkan 17 turnamen dalam 13 tahun terakhir.
Federasi Bulutangkis dan Squash Bahrain dikepalai oleh seorang perempuan bernama Sawsan Taqawi. Dalam upayanya mengembangkan bulutangkis, ia juga fokus dalam mendorong partisipasi kaum perempuan dan kesetaraan.
“Kami di Bahrain tidak memandang perbedaan gender. Kami menilai seseorang berdasarkan kualifikasinya, di semua bidang tak hanya olahraga,” beber Taqawi.
“Saya bisa melihat komitmen dalam diri perempuan-perempuan yang berpartisipasi di bulutangkis. Saya bangga saat menonton mereka berlatih, datang latihan tepat waktu. Penting sekali untuk punya mental dan budaya seperti itu. Badminton adalah tempat terbuka untuk semuanya, termasuk para badminton.”
Sekretaris Jenderal Federasi Bulutangkis Bahrain, Hesham Alabbasi, memaparkan saat ia pertama terjun bermain bulutangkis pada tahun 1980-an, sudah banyak liga dan klub yang berdiri. Namun semua itu sempat menurun dan untungnya bulutangkis kembali populer dalam lima tahun belakangan.
Alabbasi menyebutkan, salah satu tantangan bulutangkis di Bahrain adalah ketersediaan hall-hall untuk berlatih yang masih kurang. Masalah kedua adalah pendanaan. Apalagi krisis ekonomi yang melanda dunia saat ini juga membuat budget federasi harus terpotong menjadi setengahnya.
Namun federasi telah bekerja sama dengan Badminton Asia, BWF, dan pemerintah Bahrain untuk terus memperluas pelatihan bulutangkis kepada anak-anak dan mempopulerkan olahraga ini seperti menyiarkan pertandingan di televisi.