INDOSPORT.COM – Pelatih tim bulutangkis Malaysia asal Indonesia, Hendrawan berbicara soal anak didiknya, Lee Zii Jia, yang baru saja tersingkir dari Thailand Open 2021.
Lee Zii Jia, yang digadang-gadang sebagai penerus Lee Chong Wei, kembali gagal di turnamen kedua Asian Leg, yakni Toyota Thailand Open. Pemain berusia 22 tahun itu tersingkir di babak pertama.
Bertanding di Impact Arena, Bangkok, Selasa (19/01/21), dia harus dikalahkan oleh pemain berperingkat 31 dunia Sameer Verma dari India, secara rubber set 21-18, 25-27, 19-21.
Menanggapi kegagalan tunggal putra no. 10 dunia itu, Hendrawan mengakui bahwa anak didiknya bermain kurang baik, terutama ketika mengatasi tekanann dari lawan.
“Kita harus mengakui bahwa penampilannya jauh dari yang terbaik,” ujar Hendrawan, dilansir dari The Star Malaysia.
“Dia berjuang untuk mengatasi tekanan dan kadang-kadang, ragu-ragu dalam eksekusinya… misalnya, dia memiliki dua pikiran apakah akan reli atau langsung menyerang,” jelas Hendrawan.
Hendrawan melanjutkan, dia dan stafnya akan kembali mengevaluasi permainan Lee Ziia yang terkesan sangat mudah dibaca oleh lawan-lawannya.
“Kami harus mengevaluasi kembali permainannya dan membuat perubahan yang diperlukan karena permainannya dapat dengan mudah dibaca oleh sebagian besar lawan sekarang.”
Keluarnya Zii Jia lebih awal bukan pertanda baik mengingat para penggemar bulutangkis di Negeri Jiran mengharapkan lebih banyak darinya setelah gagal tampil mengesankan di Yonex Thailand Open pekan lalu.
Meski lolos ke delapan besar, semifinalis All England tahun lalu dikalahkan oleh petenis nomor 2 dunia Chou Tien-chen dari Taiwan di babak yang sama dengan skor 14-21, 20-22.
Lebih dari itu, hasil buruk ini akan membuat Zii Jia panas dingin menanti keajaiban untuk tampil di BWF Tour Finals pekan depan. Dia harus mempertahankan posisinya di urutan delapan jika ingin tampil di final tersebut.
Sementara, para pesaing terdekat Zii Jia punya peluang besar untuk menyalipnya. Di antaranya, Anthony Ginting yang berada di posisi ke-11 dari Indonesia, Kunlavut Vitidsarn dari Thailand (ke-12), Jonatan Christie dari Indonesia (ke-13), dan Lee Cheuk Yiu dari Hong Kong (ke-14).