INDOSPORT.COM – Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) akan mengadakan Rapat Umum Tahunan (RUPS) BWF ke-82 pada tanggal 22 Mei 2021. Salah satu agendanya terkait usulan sistem penskoran yang diusulkan Indonesia.
Sebelum BWF menerapkan sistem poin 3x21 yang disahkan sejak 2006 silam, sistem poin yang pernah dipakai adalah 3×15 (putra) dan 3×11 (putri), sistem poin 5×7, dan 3×15 (3×11).
Kini muncul usulan baru terkait dengan sistem skor, yakni menampilkan 11x5, di mana deuce akan mulai berlaku 10-10 dan dibatasi pada 15. Pemain yang mencapai 15 poin pertama memenangkan pertandingan.
Sistem skor terbaru ini pertama kali diusulkan oleh Persatuan Bulutangkis Indonesia (PBSI) dan Badminton Maladewa. Usulan ini bahkan juga mendapat dukungan sepenuhnya dari Badminton Asia.
Namun, sistem ini sangat ditentang oleh mayoritas penggemar bulutangkis di seluruh dunia. Pasalnya, sistem ini dianggal membuat permainan menjadi kurang menguras fisik dan akan merusak tempo permainan.
Kini BWF pun berencana mengadakan vote setuju atau tidak setuju terkait perubahan sistem skor sesuai usulan PBSI dan Maladewa dalam RUPS bulan Mei mendatang.
“Proposal yang berbeda dari keanggotaan akan dibahas selama AGM BWF, terutama proposal dari Badminton Indonesia (PBSI) dan Badminton Maladewa, didukung oleh Badminton Asia, untuk mengamandemen Undang-Undang Bulu Tangkis yang berkaitan dengan sistem penilaian,” bunyi pernyataan resmi BWF pada Sabtu (03/04/21).
Sementara itu, Presiden BWF, Poul-Erik Hoyer mengatakan bahwa proposal dari keanggotaan PBSI Indonesia dan Maladewa ini disambut baik dan sesuai dengan visinya untuk menjadikan bulutangkis lebih menarik.
“Perubahan sistem penilaian yang diusulkan adalah bagian dari visi saya untuk menjadikan bulutangkis lebih menarik dan meningkatkan nilai hiburan bagi pemangku kepentingan dan penggemar,” kata Hoyer dilansir dari laman resmi BWF.
Sistem poin 5×11 sejatinya pernah di uji coba dalam berbagai turnamen. Salah satunya yaitu pada ajang Indonesia Internasional Challenge 2014.