INDOSPORT.COM – Pebulutangkis asal Denmark, Hans-Kristian Solberg Vittinghus, menyoroti usulan Indonesia kepada BWF untuk mengganti sistem skor menjadi 5x11. Ini membuat dirinya berdiskusi panjang dengan sejumlah netizen.
Melalui akun Instagram-nya, Minggu (05/04/21), Vittinghus mengunggah sebuah tangkapan layar yang menampilkan berita terkait agenda BWF untuk melakukan voting untuk memutuskan wacana perubahan sistem penilaian menjadi 5x11.
Wacara perubahan sistem skor 5x11 ini diusulkan pertama kali oleh Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) dan Federasi Bulutangkis Maladewa. Usulan ini bahkan mendapat dukungan langsung dari Badminton Asia.
“BWF akan mengambil suara pada sistem skor 5x11 sekali lagi setelah mendapat usulan dari India dan Maladewa. Bagaimana pendapat Anda?” tulis Vittinghus dalam unggahannya itu.
Perubahan sistem skor ini sejatinya pernah digulirkan BWF saat Rapat Umum Tahunan tahun 2018. Tetapi saat itu mayoritas peserta rapat menolak perubahan tersebut, termasuk Indonesia.
Namun, Indonesia kembali mengkaji rencana tersebut setelah melihat statistik positif yang ditunjukan Badminton China saat menerapkan sistem ini di Kejuaraan Nasional pada November 2020 kemarin.
Vittinghus kemudian mendapatkan berbagai masukan dan tanggapan dari para netizen pecinta bulutangkis terkait dengan rencana ini. Hal ini didapat lewat kolom komentar postingan Vittinghus.
Beberapa netizen mengatakan tidak setuju dengan rencana tersebut. Beberapa orang mengatakan sistem 3x21 lebih menarik dan menantang daripada sistem 5x11.
Ada juga yang mengklaim rencana ini bisa menguntungkan pihak badminton di Asia, yang yang mengusulkan dua negara dari Asia, yakni Indonesia dan Maladewa.
“Pertahankan 3x21. Entah kenapa PBSI melakukan itu, tapi saya masih ingat saat Susi Susanti menjadi ketua PBSI, dia menolak, ” tulis seorang akun bernama @Kharisma.Burhani.
Akun lainnya, @Galieh15 juga tidak setuju. “Saya sepenuhnya tidak setuju dengan sistem penilaian ini karena dapat membuat permainan begitu cepat mungkin, kami tidak memiliki kesempatan untuk mengejar poin dan kembali setiap pertandingan.”
Lantas bagaimana pendapat Vittinghus sendiri terhadap wacana ini?