INDOSPORT.COM – China disebut-sebut ingin membangun dinasti baru bulutangkisnya lewat Olimpiade Tokyo 2020. Namun, media lokal di negara tersebut mewanti-wanti akan ancaman Indonesia dan Jepang.
China telah memenangkan 18 dari total 34 medali emas sejak bulutangkis memulai debutnya sebagai olahraga resmi di Olimpiade 1992 di Barcelona.
Dinasti bulutangkis China pada Olimpiade ini semakin kuat berkat peran legenda Lin Dan yang memenangkan emas pada Olimpiade 2008 dan 2012, disusul ganda putra Fu Haifeng/Zhang Nan yang menang di Olimpiade Rio 2016.
Sayangnya, dinasti tersebut seolah-olah runtuh dan China mulai kehilangan dominasinya di mata dunia sejak Lin Dan memutuskan gantung raket pada 2019 silam.
Hal ini juga membuat kekuatan China diragukan untuk bisa mempertahankan medali di Olimpiade Tokyo. Namun, China sepertinya tak mau berlarut-larut menangisi kepergian Lin Dan.
Media lokal China, China Daily, mengklaim bahwa Negeri Tirai Bambu mencoba membangun lagi kekuatan mereka dengan gaya saat mengirimkan pasukan muda di Olimpiade Tokyo.
Akan tetapi, media tersebut menekankan bahwa perjalanan China di Olimpiade tidak akan mudah. Terlebih dengan tim ini sudah tidak bermain di level internasional dalam 18 bulan terakhir.
Media ini memperingkatkan bahwa ada Kento Momota dari Jepang yang terlahir kembali setelah absen selama 18 bulan akibat cedera usai mengalami kecelakaan pada awal 2020 lalu.
China Daily juga menyebut Indonesia yang dikenal memiliki pebulutangkis yang agresif. Lawan-lawan dari India yang dikenal sangat kompetitif juga tak boleh dilupakan.
Selain itu, media juga menyebut musuh-musuh dari Thailand dan Denmark yang difavoritkan memenangkan medali dan siap mendominasi Olimpiade Tokyo.
China, menurut media ini, demi kesuksesan membangun dinasti baru harus memulainya dengan baik lewat ganda campuran nomor 1 dunia, Zheng Siwei/Huang Ya Qiong.
Zheng/Huang, yang merupakan juara dunia, sudah tak diragukan lagi kehebatannya. Media ini berharap pasangan ini bertemu rekan senegaranya, Wang Yilyu/Huang Dongping, di final untuk mengunci emas.
Harapan tinggi pada Zheng/Huang juga diserukan oleh pelatihnya Yang Min. Namun, sang pelatih ingin anak didiknya bermain lebih hati-hati mengingat mereka sudah lama absen dari turnamen.
“Sebagai favorit teratas membawa target di punggung mereka, mereka benar-benar harus tetap berpikiran jernih dan bersiap untuk yang terburuk,” kata Yang.
“Mereka perlu fokus pada proses, melakukannya dengan benar dalam persiapan mental, teknis dan fisik mereka serta kehidupan setelah pelatihan ... semuanya mengarah ke tujuan akhir.”