INDOSPORT.COM - Asosiasi Tenis Putri (WTA) mengancam untuk menarik semua turnamen tenis dari China menyusul hilangnya Peng Shuai yang didera isu pelecehan seksual pejabat China.
Peng Shuai merupakan petenis elite asal China yang mendapat perhatian dunia atas pengakuannya sebagai korban pelecehan seksual oleh mantan Wakil Perdana Menteri bernama Wang Gaoli.
Pada Selasa (02/11/21), atlet berusia 35 tahun itu mengunggah pengakuan di media sosial Weibo yang menyebut bahwa Wang Gaoli yang berusia kurang lebih 40 tahun memaksanya untuk tidur bersama.
Dalam unggahannya, Peng Shuai merinci mengenai kejadian pelecehan seksual yang dialaminya. Meski demikian, unggahan tersebut langsung dihapus 20 menit kemudian.
Sejak itu, kondisi Peng Shuai pun diwarnai tanda tanya. Pasalnya, petenis yang sempat menduduki peringkat ke-14 di dunia itu tiba-tiba menghilang.
Kemudian, pada hari Kamis (18/11/21) WIB, Twitter @CGTN yang berafiliasi dengan pemerintah China merilis email yang disebut merupakan email dari Peng Shuai untuk ketua dan CEO dari WTA, yakni Steve Simon.
Chinese tennis star Peng Shuai has sent an email to Steve Simon, the WTA Chairman & CEO, CGTN has learned. The email reads: pic.twitter.com/uLi6Zd2jDI
— CGTN (@CGTNOfficial) November 17, 2021
Email itu berisi pernyataan Peng Shuai yang mengatakan,“Saya tidak hilang atau pun tidak aman. Saya beristirahat di rumah dan semuanya baik-baik saja.”
Akan tetapi Steve Simon secara terbuka menanggapi dengan mengatakan bahwa email yang dia terima itu hanya membuatnya lebih khawatir tentang keselamatan Peng Shuai.
Untuk itulah WTA akhirnya memberikan ancaman untuk menarik turnamen tenis dari China. Karena hingga saat ini, WTA merasa di ‘persimpangan jalan’ dengan China.
Terlebih, Gedung Putih pada Jumat (19/11/21) meminta agar pemerintah China dapat memberikan bukti konkret dan terverifikasi tentang keberadaan dan keselamatan Peng Shuai.
“Kami terus meminta bukti independen dan terverifikasi bahwa Peng Shuai aman dan bahwa tuduhan penyerangan seksualnya diseldiki sepenuhnya, adil, dan tanpa sensor. Jika tidak, WTA siap melakukan apa yang benar,” tandas Steve Simon melansir Reuters.