INDOSPORT.COM - Kemajuan teknologi seringkali tidak dibarengi dengan sikap kedewasaan penggunannya. Belakangan justru marak kasus pelecehan dan perundungan online via media sosial, bahkan turut menimpa petenis ternama sekaliber Aldila Sutjiadi.
Indonesia merupakan salah satu populasi pengguna internet terbesar di dunia, menduduki Empat Besar pada 2021 (berdasarkan data dari Internet World Stats 2021 Q1).
Penggunaan internet yang masif menghadirkan peluang pada sebagian besar masyarakat, sekaligus meningkatkan risiko perilaku negatif secara daring dalam skala besar.
Dari 171 juta pengguna internet, 49 persen orang telah dilecehkan secara daring. Dari jumlah tersebut, 78 persen memilih untuk tidak melaporkannya karena takut atau malu.
Dalam lingkungan masyarakat yang dipenuhi hubungan interaksi kompleks berlandaskan kekuasaan dan pangkat, ditambah lagi dengan anonimitas pengguna, kekerasan berbasis daring cenderung dinormalisasi.
Bahkan hal ini menjadi tantangan lebih karena belum ada ruang aman untuk korban menyuarakan pengalamannya dan mencari dukungan terkait isu kekerasan berbasis daring.
Sebagai seorang atlet berstatus petenis putri nomor satu Indonesia, Aldila Sutjiadi kerap menerima rentetan komentar negatif via daring yang berkaitan dengan pelecehan setelah pertandingan, entah menang atau kalah.
“Saya telah menerima ratusan pesan yang menghina, melecehkan, bahkan mengancam keselamatan saya di sepanjang karier saya,” ungkap Aldila Sutjiadi dalam rilisnya kepada INDOSPORT, Minggu (20/3/22).
Kekerasan online terbukti menyebabkan tekanan mental yang berimbas kepasa kecemasan berlebih, serangan panik hingga depresi berat, dan meningkatnya berbagai risiko penyakit mental (PTSD).
Aldila memberikan penjelasan bahwa efek dari kekerasan berbasis daring melumpuhkan tak hanya permainan, melainkan juga kesehatan mentalnya.
“Pesan-pesan (kasar) ini telah mengganggu, menyebabkan tekanan mental, kehilangan fokus dan kepercayaan diri. Syukurlah, hari ini saya bisa lebih mengabaikan mereka dan tetap fokus pada permainan saya,” kata Aldila.
“Berbicara dengan atlet lain, saya menyadari bahwa isu ini lebih luas daripada yang saya perkirakan. Jadi, saya putuskan sudah waktunya buat melakukan sesuatu tentang kekerasan online ini," cetusnya.
Kekerasan online dapat menargetkan siapa saja untuk menjadi korban, terutama kaum perempuan yang tampaknya menjadi korban paling banyak. Aldila ingin kampanye ini berbicara mewakili mereka semua.
Permasalahan ini bukan hanya dialami oleh para olahragawan, pelaku pelecehan juga memangsa korban paling rentan dan mereka yang cuma punya sedikit kekuatan untuk melawan.
Selama bertahun-tahun, kekerasan online telah meningkat dan menyakiti banyak orang, mulai dari perempuan dan remaja sangat rentan. Dalam dua tahun terakhir lockdown saja, pelecehan online telah meningkat hingga 300 persen.
Beberapa waktu lalu, Aldila Sutjiadi baru meluncurkan kampanye sosial, yaitu #SayNoToOnlineAbuse, yang mengambil sikap tegas terhadap masalah berbahaya ini.
Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran publik tentang efek buruk dari perundungan dan pelecehan online yang terjadi tidak hanya pada atlet dan selebriti lainnya, tetapi dapat terjadi kepada siapa saja di media sosial.
“Saya tergerak untuk memulai #SayNoToOnlineAbuse karena saya sendiri mengalami pelecehan ini selama bertahun-tahun," jelas Aldila.
"Menggunakan platform saya sebagai seorang atlet, saya ingin kampanye ini menarik perhatian tidak hanya pada apa yang terjadi kepada kami, tetapi juga kepada masyarakat luas,” imbuhnya.