INDOSPORT.COM – Sebuah kisah inspiratif datang dari legenda bulutangkis China, Zhang Ning, usai keberhasilannya menerjang kemiskinan dan melewati perceraian yang menyakitkan.
Sebagai informasi, Zhang Ning lahir di Jinzhou, Liaoning, 19 Mei 1975. Sejak kecilnya, Zhang Ning telah mengenal dunia bulutangkis dari orang-orang di sekitarnya.
Melansir dari media lokal China, Sohu, dengan bakatnya yang luar biasa Zhang Ning yang terlahir dari keluarga sederhana, berhasil mendobrak keterbatasan dan menjadi atlet bulutangkis berprestasi.
Zhang Ning masuk akademi bulutangkis Liaoning pada pertengahan 1989. Seluruh pengorbanan dilakukan, termasuk hanya sesekali bertemu keluarga.
Pengorbanan itu membuahkan hasil manis. 2 tahun berselang, dia berhasil masuk ke pelatnas Asosiasi Bulutangkis China (CBA).
Namun, keadaannya saat itu membuat dia tak langsung bersinar. Kariernya bahkan seolah tak berkembang, hingga tak mendapatkan upah. Zhang Ning harus menunggu 3 tahun lamanya sebelum menyabet gelar di French Open 1994.
Usai keberhasilannya itu, ekonomi Zhang Ning menjadi lebih cerah. Dia bahkan dipercaya masuk dalam skuat China di kejuaraan bulutangkis beregu putri Piala Uber 1994, Jakarta.
Berstatus sebagai ranking 12 dunia, sayangnya, Zhang Ning gaal mengantarkan China menyabet trofi. Saat itu, tampil di partai kelima, dia harus takluk dari gadis berusia 14 tahun asal Indonesia, Mia Audina.
Sejak kekalahan di Piala Uber 1994 itu, masalah baru mulai berdatangan pada hidup Zhang Ning. Dia kerap tak diikutsertakan dalam berbagai kompetisi penting. Termasuk Olimpiade Atlanta 1996.
Kondisi itu membuat Zhang Ning rendah diri, hingga membuat dia kembali ke klubnya di Liaoning. Singkat cerita, karena ranking, Zhang Ning masuk kualifikasi Olimpiade Sydney 2000. Sayangnya, dia gagal tampil karena kena skorsing.