INDOSPORT.COM - Pola aneh muncul di ajang bulutangkis beregu pria yakni Piala Thomas dalam 15 tahun terakhir, di mana sorotan utama ada di kubu Malaysia.
Namun demikian, tentu kejadian ini bukanlah tindakan yang disengaja, namun hal ini cukup membuat semua penggemar bulutangkis bertanya-tanya.
Terkait dengan situasi ini, belum banyak pihak yang ikut berkomentar, akan tetapi cukup aneh jika tim beregu Malaysia seakan-akan menjadi negara tunggal yang selalu 'apes' andai merujuk teori kali ini.
2008 - 🇨🇳 beat 🇲🇾 in SF. 🇨🇳 Champion
— Faiz (@faizfadzil) May 15, 2022
2010 - 🇨🇳 beat 🇲🇾 in SF. 🇨🇳 Champion
2012 - 🇨🇳 beat 🇲🇾 in QF. 🇨🇳 Champion
2014 - 🇯🇵 beat 🇲🇾 in Final. 🇯🇵 Champion
2016 - 🇩🇰 beat 🇲🇾 in SF. 🇩🇰 Champion
2020 - 🇮🇩 beat 🇲🇾 in QF. 🇮🇩 Champion
2022 - 🇮🇳 beat 🇲🇾 in QF. 🇮🇳 Champion
🥲
Setidaknya selain tim Piala Thomas Malaysia, ada lima negara lain yang ikut dalam pola aneh ini. Sebut saja, China jadi negara yang pertama dan secara beruntun merasakan hal ini selama tiga gelaran berturut-turut.
Setelah itu, Negeri Matahari Terbit, Jepang jadi negara kedua yang juga ikut di dalam pusaran arus ini. Kedua negara tersebut juga mendapat berkah setelah berhadapan dengan Malaysia.
Berikutnya ada Denmark, satu-satunya negara dari Benua Biru yang memiliki catatan apik di pentas bulutangkis dunia. Mereka jadi negara ketiga yang berhasil mendobrak dan ikut merasakan pola aneh ini.
Tak mau kalah, raksasa bulutangis dunia dan penguasa mutlak gelaran Piala Thomas sepanjang masa yakni Indonesia juga merasakan hal serupa ketika bertemu tim beregu putra Malaysia.
Kejadian terbaru tentu melibatkan negara underdog, India dalam gelaran Piala Thomas yang baru saja berakhir. Negeri Sungai Gangga ternyata merasakan langsung pola aneh ini dan mereka sempat bersua dengan Malaysia.
Namun anehnya kelima negara di atas merasakan pola ini di beberapa edisi Piala Thomas yang berbeda. Mungkin hanya China yang merasakan di tiga gelaran berturut-turut.
Tim INDOSPORT telah berusaha merangkum 'pola aneh' yang melibatkan Malaysia. Kejadian ini memang tak bisa begitu saja dipercaya, namun setidaknya sudah terbukti dan dirasakan lima negara peserta.