Menilik Regenerasi Ganda Putra Indonesia Jelang Olimpiade 2024, Berlapis Emas Tanpa Cela?
Kualifikasi Olimpiade 2024 yang akan berlangsung di Paris, Prancis, akan dimulai pada Mei 2023 mendatang dalam sejumlah gelaran turnamen BWF.
Artinya semua pebulutangkis, termasuk Indonesia harus mulai bersiap diri untuk maraton berburu tiket kualifikasi, yakni delapan yang terbaik dalam masing-masing sektor.
Mengingat hanya maksimal dua wakil di satu negara untuk masing-masing sektor, maka seberapa pun baiknya ganda Indonesia, pada akhirnya tidak semua bisa tampil di Olimpiade 2024 mendatang.
Kenyataan ini harus digarisbawahi, bisa berdampak positif terhadap memanasnya persaingan di dalam negara, maupun dengan atlet luar negeri soal urusan berburu poin.
Masalahnya, meski ganda putra Indonesia memiliki para pelapis tak berkesudahan, harus diakui bahwa psikologi tak stabil, terkadang membuat misi yang diusung gagal tercapai.
Nahasnya, misi itu tak jarang lepas di turnamen-turnamen major seperti Olimpiade dan Kejuaraan Dunia Bulutangkis . Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon contohnya.
Bertahta hampir lima tahun di ranking satu dunia, tetapi Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon justru demam panggung dan terhenti di perempat final Olimpiade 2020 Tokyo.
Kevin/Marcus juga belum sekali pun meraih medali Kejuaraan Dunia Bulutangkis terlepas dari betapa superiornya mereka di gelaran Super Series atau BWF World Tour.
Contoh lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang sangat konsisten dengan menembus delapan final BWF World Tour tahun ini, justru terhenti di semifinal BWF World Tour Finals 2022.
Ada pula Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri yang menjuarai All England 2022, kini masih kesulitan kembali ke top performa jelang Olimpaide 2024.
Bisa dikatakan, soal urusan psikologi, yang paling konsisten adalah pasangan ganda putra veteran Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang sering jadi penyelamat Indonesia di major event bulutangkis.