INDOSPORT.COM - Setidaknya ada lima dosa besar PBSI yang membuat penggemar bulutangkis gaduh belakangan ini, setelah Flandy Limpele memutuskan hengkang.
Sektor bulutangkis rutin memberikan prestasi untuk Indonesia, dan menggelar Pelatihan Nasional (Pelatnas) dalam satu tahun penuh, yang dikelola oleh PBSI.
Namun belakangan, kebijakan-kebijakan PBSI seolah bertentangan dengan harapan masyarakat. Imbasnya, beberapa pelatih kenamaan memutuskan untuk keluar.
Belum lagi bicara soal atlet bulutangkis dan regenerasi, PBSI masih memiliki banyak PR.
Berikut INDOSPORT merangkum lima "dosa besar" PBSI yang membuat Badminton Lovers (BL) menjadi gaduh.
1. Membatasi Pemain Pro Ikut Turnamen
Saking banyaknya pebulu tangkis Indonesia, tidak hanya pemain Pelatnas yang ingin ikut turnamen level BWF World Tour, tetapi juga pemain profesional di berbagai klub.
Namun, PBSI seolah membatasi pemain pro yang ingin ikut turnamen. Para atlet harus memiliki ranking tertentu jika ingin ikut turnamen level tertentu.
Hal ini kerap mendapat kritik oleh pemain pro maupun klub yang menaunginya. Salah satu yang aktif menyuarakan keresahan ini adalah pasangan ganda putra, Sabar/Reza.
2. Database Atlet Kosong
Beberapa waktu terakhir, website resmi PBSI seolah terbengkalai. Salah satu hal yang diprotes BL adalah database atlet yang akhirnya kosong dan tidak update.
Padahal, website PBSI mestinya menjadi rujukan utama untuk mendapatkan data perihal atlet bulutangkis, dan tidak hanya pemain Pelatnas, tetapi juga dari level klub.
Website PBSI yang mati suri juga membuat ranking nasional atlet menjadi tidak update. Hal ini sangat disayangkan, karena BL jadi tidak bisa memantau pemain potensial.