3 Kontroversi yang Pernah Dibuat Legenda Bulutangkis Indonesia, Ferry Sonneville
Ferry Sonneville memang berjasa besar atas keberhasilan Indonesia membawa pulang medali emas Piala Thomas 1958, 1961, dan 1964.
Namun jasa besar tersebut agak tercoreng akibat ulahnya sendiri yang menimbulkan kontroversi dalam ajang Piala Thomas 1967.
Kala itu, usia Ferry Sonneville menginjak 36 tahun dan kemampuannya sudah menurun drastis, tak lagi sehebat masa jayanya.
Beredar isu bahwa Ferry Sonneville melakukan pemaksaaan kepada pihak berwenang agar tetap disertakan ke tim Indonesia untuk ajang Piala Thomas 1967.
Dapat dimaklumi Ferry Sonneville memaksa demikian, sebab Piala Thomas 1967 perhelatannya digelar di Indonesia.
Sayang sekali, keberadaan Ferry Sonneville ternyata malah membuat permainan tim Indonesia kacau.
Ia gagal menyumbangkan satu poin pun buat Merah Putih, hingga mendapat sorakan cemooh dari para pendukung bulutangkis Indonesia yang memadati venue pertandingan.
Kegagalan di Piala Thomas 1967 lantas diketahui menjadi ujung jalan karier bulutangkis Ferry Sonneville.
Peraturan Kontroversial di PBSI
Ferry Sonneville sangat aktif di organisasi bulutangkis, baik dalam kepengurusan PBSI maupun BWF.
Namun, keberadaan Ferry Sonneville sempat membuat gaduh PBSI karena menciptakan sebuah peraturan kontroversial.
Ia diketahui menjadi aktor utama yang mengubah peraturan sponsor bagi para atlet naungan PBSI.
Awalnya, aturan sponsor boleh dijalankan perorangan, tapi Ferry Sonneville mengubahnya menjadi urusan kolektif dan pembagiannya dilaksanakan oleh PBSI.
Kebijakan buatan Ferry Sonneville tentu menganggu motivasi para atlet bulutangkis Indonesia ketika bertanding.
Merasa haknya dirampas secara tidak adil, para atlet menjadi setengah hati membela Indonesia di pentas bulutangkis internasional.