INDOSPORT.COM - Rehan/Lisa menjadi perbincangan beberapa waktu lalu karena mampu tampil baik dengan membuat kejutan di beberapa turnamen. Ia pun disebut bisa menjadi suksesor Owi/Butet.
Sektor ganda campuran Indonesia pernah menjadi salah satu raja yang diandalkan untuk mendulang trofi di berbagai turnamen bulutangkis dunia di bawah permainan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
Puncaknya ketika pasangan Owi/Butet berhasil melanjutkan tradisi emas di Olimpiade dari bulutangkis, saat menjuarai Olimpiade Rio 2016 di Brasil.
Keberhasilan meraih medali emas di Olimpiade, dinilai menjadi puncak dari karier seorang atlet bulutangkis, sama seperti pesepak bola memenangkan Piala Dunia.
Alhasil, pasca Olimpiade 2016 performa Owi/Butet mulai menurun yang akhirnya ditandai perpisahan keduanya.
Liliyana Natsir memutuskan untuk gantung raket pada tahun awal 2019, disusul Tontowi Ahmad setahun kemudian pada pertengahan 2020.
Bubarnya pasangan Owi/Butet menjadi pekerjaan rumah yang serius bagi Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) di pelatnas dalam mencari suksesor mereka untuk ganda campuran.
Jika dilihat dari prestasi sepeninggalan Owi/Butet, nomor ganda campuran Indonesia bisa dibilang mengalami kemunduran signifikan karena tidak ada pemain pelatnas yang mampu berkibar di podium-podium turnamen bulutangkis BWF.
Asa dan optimisme publik pencinta bulutangkis Tanah Air terhadap sektor ganda campuran untuk tetap bisa bersaing setelah pensiunnya Owi/Butet, sempat ada dalam pasangan Praveen Jordan/Melatih Daeva Oktavianti.
Praveen/Jordan pernah menjadi pasangan membanggakan karena bisa meraih beberapa prestasi bergengsi salah satu menjuarai All England 2020 lalu.
Selain Praveen/Melati, ada juga pasangan Hafiz Faizal/Gloria Emmanuelle Widjaja yang dibentuk untuk jadi pasangan ganda campuran berprestasi untuk Indonesia.
Sayang kedua pasangan itu tidak mengalami peningkatan prestasi dan cenderung menurun performanya, hingga akhirnya didepak oleh PBSI pada awal 2022.