INDOSPORT.COM – Mengulas kembali skandal match fixing atau pengaturan skor yang melanda atlet Malaysia, Zulfadli Zulkiffli, sampai dijatuhi hukuman BWF hingga 2038 mendatang.
Lahir di kelahiran Los Angeles, California, Amerika Serikat, pada 11 Februari 1993 silam, Zulfadli Zulkiffli tumbuh sebagai atlet bulutangkis Malaysia.
Sejak masih kecil, bakat bulutangkis Zulfadli Zulkiffli disebut-sebut sudah terlihat dengan beragam pencapaian yang berhasil ditorehkan.
Beberapa pencapaiannya seperti memenangkan medali emas di Kejuaraan Asia Junior 2011 usai di final mengalahkan wakil India, Sameer Verma, 21-15 dan 21-17.
Pada tahun yang sama, Zulfadli Zulkiffli kembali menggapai medali emas Kejuaraan Dunia Junior 2011 usai di final mengalahkan Viktor Axelsen, 21-18, 9-21, 21-19.
Dengan pencapaian itu, Zulfadli Zulkiffli diharapkan bisa meneruskan peran Lee Chong Wei sebagai tunggal putra terbaik Malaysia.
Sayangnya, pencapaian gemilang Zulfadli Zulkiffli di level junior itu gagal dipertahankan begitu dia memasuki persaingan di tingkat senior.
Dilansir dari laman BWF, pencapaian terbaik Zulfadli Zulkiffli di level senior hanyalah menggapai gelar juara di Russian Open 2016 dan Yonex Brasil Grand Prix 2016.
Ranking BWF terbaik yang dicapai Zulfadli Zulkiffli juga adalah posisi ke-30 dunia, sangat jauh jika harus mengejar Lee Chong Wei di Top 10.
Dengan segala dinamika prestasinya di bulutangkis, karier Zulfadli Zulkiffli terguncang ketika dia terlibat match fixing atau pengaturan skor.
Ya, pada tahun 2018 lalu, Zulfadli Zulkiffli dan pemain bulutangkis Malaysia lainnya, Tan Chun Seang, menggemparkan publik kala terbukti melakukan match fixing.
Setelah melakukan berbagai persidangan, Zulfadli Zulkiffli dan Tan Chun Seang terbukti melakukan match fixing di sejumlah turnamen bulutangkis dari 2013 hingga 2014.