3 Penyebab Fatal Ganda Campuran Indonesia Ludes Total di Kejuaraan Dunia 2023
Menjawab pertanyaan mengapa ganda campuran Indonesia ludes total di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2023, mari dimulai dengan mengulas soal regenerasi yang terputus di sektor ini.
1. Keputusan Regenerasi Total
Bicara soal regenerasi, setelah Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Debby Susanto memutuskan pensiun (2019/2020), Indonesia sebenarnya masih memiliki beberapa ganda campuran andalan.
Mereka di antaranya Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja. Kedua pasangan tersebut sempat menempati ranking papan di top 10 ranking BWF.
Hanya saja, setelah All England 2020 dan dibarengi pandemi Covid-19, kedua pasangan tersebut sangat sulit meraih gelar juara. Alih-alih juara, mereka cukup sering rontok di babak awal turnamen.
Sampai akhirnya, PBSI yang sedang berupaya melakukan regenerasi total, memilih membuat keputusan menggemparkan dengan mendegradrasi Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria.
Keputusan itu cukup menggemparkan karena harus diakui jika posisi Praveen/Melati dan Hafiz/Gloria saat itu adalah ganda campuran tertua secara usia dan memiliki ranking terbaik di pelatnas PBSI.
Menggemparkannya lagi, keputusan PBSI memotong ‘generasi’ ganda campuran itu, membuat sejumlah pasangan pemain muda naik sebagai tumpuan, seperti halnya Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari.
Kemudian Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati hingga Adnan Maulana/Nita Violina Marwah. Melihat sekilas, kombinasi ini sangat-sangat berbeda pasangan seniornya terdahulu.
2. Minimnya Kombinasi Pasangan Senior-Junior
Meski tak semua, tetapi sejumlah pemain top ganda campuran Indonesia terdahulu meraih kejayaan dengan mengombinasikan pemain senior-junior seperti Nova Widianto/Liliyana Natsir, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/Debby Susanto.
Muncul anggapan di kalangan Badminton Lovers jika kombinasi senior junior lebih memungkinkan pasangan untuk saling membimbing dan dibimbing.
Meskipun tidak menutup kemungkinan jika banyak kombinasi senior-senior maupun junior-junior yang juga berhasil bersaing di papan atas. Karena pada dasarnya, pelatihlah yang lebih tahu soal pemainnya.
Jika berkaca pada kondisi saat ini, tiga ganda campuran teratas Tanah Air diisi oleh pasangan fresh alias masih tergolong muda. PBSI sepertinya "berjudi" dengan membentuk ganda campuran 100 persen baru alih-alih melakukan kombinasi.
3. Ditinggal Pelatih Secara Beruntun
Berbicara soal pelatih, sosok ini sesungguhnya memegang peranan cukup penting bagi Indonesia untuk menjaga kualitas regenerasi yang ada.
Tanpa mengesampingkan kepelatihan yang ada untuk saat ini, pensiunnya Richard Mainaky tahun lalu memang harus diakui cukup mengguncang kekuatan sektor ganda campuran Indonesia di PBSI.
Belum lagi tahun lalu, legenda ganda campuran Indonesia, Nova Widianto yang mewarisi jabatan Richard Mainaky, juga memutuskan hengkang dari pelatnas PBSI pada akhir Desember 2022.
Punya harapan dengan kedatangan Flandy Limpele, sang pelatih pada akhirnya juga hanya bertahan setahun di PBSI. Mirisnya, kedua pelatih berpengalaman ini keluar setelah mendapatkan tawaran yang lebih baik ketimbang PBSI dari negara rival.