Candra Wijaya Flashback Piala Thomas 1998, Tak Bisa Pulang ke Indonesia karena Politik
Dengan modal tiga kemenangan meyakinkan, skuad bulutangkis Indonesia melangkah ke babak semifinal dan bertemu China, yang pada saat itu menjadi runner-up grup A.
Menghadapi tim bulutangkis China, skuad Indonesia susah payah meraih kemenangan di angka 3-2, berkat sumbangan poin dari Ricky/Rexy, Hendrawan, dan Candra/Sigit.
Kemenangan atas tim Negeri Tirai Bambu sukses mengantarkan tim Tanah Air ke final Piala Thomas 1998 dan kembali berhadapan dengan Malaysia.
Dalam pertempuran dengan Malaysia, skuad Indonesia berhasil menang dengan skor 3-2, meskipun pada saat itu skuad yang sedang 'pincang' usai Hariyanto Arbi cedera.
Di sisi lain, pada saat sedang bertanding di Piala Thomas 1998, pebulu tangkis Indonesia dilanda rasa khawatir karena pada saat itu kerusuhan menyasar warga etnis Tionghoa.
Candra Wijaya menuturkan bahwa saat itu mereka belum berani pulang ke Indonesia, dan sempat tertahan di Hong Kong. Saat akhirnya Soeharto lengser, mereka pun pulang.
Kala itu, tampuk kepemimpinan Indonesia diambil alih BJ Habibie. Candra Wijaya menganggap hal itu sebagai momen yang tidak terlupakan dalam karier bulutangkisnya.
"Sebuah pengalaman yang tak terlupakan, karena kami berangkat presidennya masih Pak Harto, pulang sudah ganti Pak Habibie," ungkap Candra Wijaya saat ditemui awak redaksi berita olahraga INDOSPORT.COM.
"Kami sempet tertahan di Hong Kong, tidak bisa pulang karena situasi di dalam negeri belum kondusif," ucap Candra Wijaya lagi.
Kini, memasuki tahun politik pemilihan presiden 2024-2029, bulutangkis Indonesia juga dihadapkan pada ajang yang tak kalah penting, yakni Olimpiade 2024.