INDOSPORT.COM – Termasuk mutasi Herry IP di pelatnas PBSI, mari mengulas tiga bukti ganda putra Indonesia bulutangkis sedang tidak baik-baik saja jelang Olimpiade Paris 2024.
Sekadar diketahui, Olimpiade Paris 2024 tinggal menghitung bulan di mana saat ini kualifikasi masih diberlangsungkan sejak Malaysia Masters 2023 lalu.
Persaingan dalam berburu poin Olimpiade Paris 2024 tentu sangat sengit. Apalagi para atlet tidak hanya bersaing dengan rekan beda negara, namun juga rekan satu negara.
Karena dalam regulasi BWF, setiap negara hanya boleh maksimal mengirimkan dua atlet dalam satu sektor untuk Olimpiade seperti Paris 2024.
Sayangnya jelang Olimpiade Paris 2024, ganda putra yang menjadi sektor bulutangkis paling kuat di Indonesia justru sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja.
Di tahun 2023 ini, prestasi ganda putra Indonesia cenderung goyah dan tidak sekonsisten musim-musim sebelumnya yang nyaris selalu bisa diandalkan di tiap kompetisi.
Misalnya saja Fajar Alfian/Rian Ardianto. Musim lalu mereka bisa melesat ke delapan final turnamen, namun tahun baru meraih dua gelar dari dua final turnamen.
Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin yang di awal tahun mampu menjuarai Indonesia Masters dan Thailand Masters, belakangan ini juga tak konsisten.
Jika dihitung-hitung, ganda putra Indonesia terakhir yang berhasil mempersembahkan gelar juara adalah Sabar Karyaman Gutama/Reza Pahlevi Isfahani di ajang Indonesia Masters Super 100.
Selebihnya, ganda putra Indonesia tak cukup stabil untuk kembali menapaki podium satu dari turnamen yang diikuti di paruh kedua musim 2023.
Di bawah ini, INDOSPORT akan berusaha untuk memprediksi ulasan-alasan mengapa ganda putra Indonesia sedang tidak baik-baik saja jelang Olimpiade Paris 2024 mendatang.
Dimulai dari drama mutasi pelatih Herry Iman Pierngadi (Herry IP) yang mulanya menangani ganda putra ke ganda campuran pelatnas PBSI.