Ada 'Bau Asap Rokok' di Balik Kegemilangan Piala Thomas Indonesia
Semenjak didirikan pada 1974, PB Djarum menjadi tempat menuntut ilmu bagi para atlet bulutangkis Indonesia. Berbagai prestasi pun telah dihasilkan oleh sederet atet jebolan PB Djarum, seperi Lim Swie King, pebulutangkis legendaris Indonesia yang sukses menjadi tunggal putra didikan PB Djarum pertama yang meraih gelar All England.
PB Djarum lahir atas prakarsa produsan rokok asli Indonesia, yakni PT Djarum, yang telah berdiri sejak 50-an. Tak hanya menjadi pendiri akademi atet bulutangkis PB Djarum, PT Djarum juga dikenal aktif menjadi sponsor uta,a berbagai acara atau kegiatan olahraga di Tanah Air.
Djarum dikenal ssmepat menjadi sponsor utama berbagai liga mancanegara, hingga liga tanah air seperti, Liga Inggris, Liga Italia, hingga Liga Indonesia. Sebagai sponsor utama, iklan rokok Djarum pun hampir selalu ditayangkan di sela-sela event olahraga yang ditayangkan di televisi.
Sejak awal, tak ada yang mempermasalahkan keterlibatan Djarum sebagai produsen rokok dalam kegiatan-kegiatan olahraga di Indonesia. Namun, masalah muncul ketika adanya larangan produsen rokok untuk menjadi sponsor utama event olahraga pada 2013 karena dampak buruk yang ditimbuilkan rokok itu sendiri pada kesehatan berbanding terbalk dengan sportivitas dalam olahraga.
Meski kini jarum telah kehilangan hak untuk menjadi sponsor utama acara kegaiatan olahraga Indonesia, terutama bulutangkis, namun PB Djarum tetap eksis melmbina para atlet bulutangkis muda Indonesia. Berikut INDOSPORT menampilkan profil PB Djarum sebagai sebuah akademi pembinaan bulutangkis legendaris Indonesia:
1. Awal Berdirinya PB Djarum
Berdiri pada 1974, pada awalnya perkumpulan PB Djarum hanya dijadikan sebagai wadah penyaluran hobi bagi karyawan pabrik rokok Djarum di Kudus. Namun, pada tahun 1970, akhirnya yang ikut berlatih bukan hanya karyawan, tetapi juga pemain dari luar, hal tersebut menjadi cikal bakal pembinaan Djarum dalam menyumbang pemain bulutangkis nasional dimulai.
Kecintaan sang CEO Djarum kala itu, Robert Budi Hartono, pada bulu tangkis serta kegilaan karyawan PT Djarum bermain dan berlatih olahraga yang sama, maka dibuatlah sebuah tempat latihan bulutangkis. Pada 1969 brak (tempat karyawan melinting rokok) di jalan Bitingan Lama (sekarang jalan Lukmonohadi) No. 35 – Kudus, pada sore hari digunakan sebagai tempat berlatih bulu tangkis di bawah nama komunitas Kudus.
Setelah itu lahirlah atlet muda berbakat, Liem Swie King, yang meraih prestasi demi gemilang. Budi Hartono pun semakin menyeriusi kegiatan komunitas Kudus menjadi organisasi PB Djarum.
Ketikan Indonesia meraih Piala Thomas pada 1984 di Kuala Lumpur, Malaysia, tujuh dari delapan pemain tim putra merupakan jebolan PB Djarum. Kedelapan pemain terebut ialah Liem Swie King, Hastomo Arbi, Hadiyanto, Kartono, Heryanto, Christian Hadinata, dan Hadibowo.
2. Filosofi Pendidikan PB Djarum
Sejak berdiri, PB Djarum memiliki visi peminaan pemain yang tak hanya memenitingkan prestasi di lapangan, tapi juga pendidikan. “Atlet harus berusaha keras, jika tak ada usaha maka tak ada pula gelar juara yang datang dengan mudah,” itlah moto sang pendiri PB Djarum, Budi Hartono.
Para atlet yang ikut tergabung di pelatihan klub PB Djarum pun disaring melalui proses yang tidak mudah. Untuk bergabung di klub PB Djarum sebagai atlet, sebelumnya para calon atlet diwajibkan mengikuti tahapan seleksi, seperti seleksi awal yang meliputi meliputi faktor umur, tinggi badan, bakat, kemampuan intelektual, keseimbangan psikologisnya, kemampuan teknik dasar, serta sampai sejauh mana dukungan yang diperoleh dari orang tua.
Tak samai disitu, etelah diterima dan menuntut ilmu di PB Djarum, setiap tahunnya para atlet akan mengikuti seleksi kelanjutan, seperti dalam hal kemampuan bertanding. Apabila kemampuan bertanding dari atlet bersangkutan tidak pernah meningkat, maka dengan berat hati PB Djarum akan memulangkannya.
3. Bintang Jebolan PB Djarum
Selain pemain legendaris Indonesia Lim Swie King dan Christian Hadinata yang merupakan jebolan PB Djarum, banyak lagi bintang bulutangkis masa kini yang merupakan alumni PB Djarum. Mereka berprestasi di kancah internasional dan membawa nama Indonesia bersinar di mata dunia.
Alan Budikusuma, Sigit Budiarto, Mohammad Ahsan, Tontowi Ahmad, Kevin Sanjaya, Ivana Lie, hingga Yuni Kartika, menjadi nama-nama bintang bulutangkis populer Indonesia yang merupakan alumni PB Djarum. Turnamen nasional bergengsi bertajuk Djarum Sirkuit nasional (Sirnas) secara resmi disponsori oeh Djarum Foundation merupakan merupakan salah satu agenda rutin PBSI yang sudah dilangsungkan sejak tahun 2009.
Kejuaraan ini merupakan salah satu sarana kompetisi bagi para pebulutangkis di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, sirkuit nasional juga menjadi ajang bagi klub-klub untuk mengukur hasil pembinaan yang telah dilakukan.
4. Larangan Rokok Menjadi Sponsor Bulutangkis
Tahun 2013 menjdi tahun terakhir keterlibatan Djarum sebagai sponsor utama untuk ajang Indonesia Open yang telah mereka dukung sejak 2004 silam. Federasi Bulutangkis Internasional BWF)memang memberikan larangan tegas bagi produsen rokok untuk tak lagi menjadi sponsor turnamen bulutangkis.
Tak hanya bulutangkis, produsen rokok pada dsarnya memang dilarang untuk menjadi sponsor berbagai event olahraga lainnya. Berdasarkan PP 109/2012 tentang pengendalian produk tembakau, disebutkan sponsor rokok tidak boleh memasang logo dan menampilkan nama produk pada event yang disponsori.
Meski awalnya menyulitkan berbagai kegiatan olahraga yang didanai oleh produsen rokok, namun peraturan itu coba untuk dilaksanakan. Kini ajang Indonesia Open yang awalnya memakai embel-embel Djarum di depannya telah digantikan oleh sponsor lainnya, yakni Bank Central Asia (BCA), termasuk untuk penyelenggaraan Indonsia Open tahunn ini pada 30 Maret hingga 5 April 2016.
Meski tak lagi menjaddi sponsor utama berbagai event-event olahraga, namun Djarum tetap mendedikasikan diri untuk olahraga Indonesia. Hal tersebut terbukti dari usaha pernah lelahnya PB Djarum menemukan para talenta-telenta muda Indonesia yang berbakat di bidang olahraga bulutangkis.