Fakta Menarik Tontowi/Liliyana vs Chan/Goh Jelang Final Olimpiade Rio 2016
Cabang olahraga bulutangkis Indonesia hanya menyisakan ganda campuran pada ajang Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil memastikan diri melangkah ke babak final usai menumbangkan ganda campuran China yang juga merupakan unggulan pertama, Zhang Nan / Zhao Yunlei dengan skor 21-16 dan 21-15.
Di final, pasangan yang akrab dipanggil Owi/Butet ini akan menghadapi Peng Soon Chan/Liu Ying Goh yang melaju ke final usai menumbangkan pasangan China, Xu Chen/Ma Jin dua set langsung 21-17 dan 21-18.
Jelang laga akbar tersebut terdapat sejumlah hal menarik yang pernah terjadi dan bisa saja akan menjadi rekor maupun catatan baru dalam cabang olahraga bulutangkis dari kedua negara tersebut.
Owi/Butet menjani Olimpiade kedua beruntun sebagai pasangan ganda campuran, sementara itu Chan/Goh menjadi pasangan ganda campuran pertama Malaysia yang bermain di final dan menjadi yang pertama meraih medali di nomor tersebut.
Berikut INDOSPORT mencoba merangkum sejumlah hal menarik yang telah terjadi dan mungkin akan menjadi catatan baru usai pertandingan tersebut:
1. Owi/Butet Jauh Lebih Unggul
Menilik dari rekor pertemuan kedua pasangan tersebut, wakil Indonesia masih unggul jauh diatas wakil Malaysia dengan rekor 7-1. Dari sisi peringkat pun Tontowi/Liliyana masih tetap terdepan, keduanya ada di peringkat 3 dunia sementara Chan/Goh diluar sepuluh besar, yakni di urutan 11.
Dalam tiga pertemuan terakhir, Owi/Butet tercatat selalu menang. Kedua pasangan ini mengawali pertemuan mereka sejak 2011 lalu di All England, di mana wakil Indonesia menang susah payah dengan skor 21-12, 7-21, dan 21-19.
Chan/Goh baru bisa mengalahkan Owi/Butet setahun berselang yakni pada China Open 2012 dengan skor 21-19 dan 21-14. Hasil itu diraih setelah sebelumnya mereka kalah dalam 4 laga beruntun. Saat ini, Owi/Butet mengumpulkan 74.910 poin sementara Chan/Goh mencatatkan 56.520 poin.
2. Rekor pertemuan Owi/Butet vs Chan/Goh:
Tercatat, Tontowi/Liliyana dan Chan/Goh sudah bertemu sebanyak 9 kali, termasuk terakhir di babak penyisihan Grup C kemarin.
8 kemenangan sukses dibukukan oleh andalan Indonesia ini sementara 1 kemenangan mampu diukir oleh pasangan Malaysia tersebut.
Berikut ini adalah catatan rekor pertemuan kedua tim:
All England 2011: Owi/Butet menang (21-12, 7-21, 21-19)
Malaysia Terbuka 2011: Owi/Butet menang (18-21, 21-15, 21-19)
All England 2012: Owi/Butet menang (27-25, 21-16)
Swiss Terbuka 2012: Owi/Butet menang (21-19, 18-21, 25-23)
China Terbuka 2012: Chan/Goh menang (19-21, 14-21)
Indonesia Terbuka 2013: Owi/Butet menang (21-15, 21-16)
Kejuaraan Dunia 2015: Owi/Butet menang (21-8, 21-13)
Malaysia Terbuka 2016: Owi/Butet menang (23-21, 13-21, 21-16)
Penyisihan Grup C Olimpiade Rio 2016: Owi/Butet menang (21-15, 21-11)
3. Tontowi/Liliyana Selalu Menang 2 Games Langsung Hingga Final
Dalam perjalanan menuju final Olimpiade 2016 ini, Tontowi/Liliyana mengalahkan lawan-lawannya dengan dua set langsung. Dimulai dari babak penyisihan grup C, yakni atas pasangan Australia, Robin Middleton/Leanne Choo dengan skor 21-17 dan 21-8. Setelahnya wakil Thailand, Budin Isara/Savitree Amitrapai dibekuk dengan 21-11 dan 21-13.
Terakhir pada laga pamungkas grup, pasangan Malaysia yang akan menjadi lawan di final nanti, Chan Peng Soon/Liu Ying Goh dengan skor 21-15 dan 21-11.
Pada babak perempatfinal, Owi/Butet terpaksa harus mengalahkan rekan senegaranya, Praveen Jordan/Debby Susanto juga melalui dua game langsung, 21-16 dan 21-11. Tiket final pun diraih setelah menumpas wakil China yang juga unggulan pertama, Zhang Nan/Zhao Yunlei, 21-16 dan 21-15.
4. Chan/Gooh Pastikan Medali Pertama
Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi satu-satunya wakil Indonesia di babak final bulutangkis Olimpiade Rio 2016 dari 10 atlet yang bertanding di ajang ini.
Dua wakil Indonesia bahkan langsung tersingkir di babak penyisihan, yaitu Lindaweni Fanetri dari tunggal putri dan ganda putra, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Sedangkan dari nomor ganda putri, Greysia Polii/Nytia Krishinda Maheswari dan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto tersingkir harus puas berada di babak perempatfinal. Sedangkan tunggal putra, Tommy Sugiarto hanya sampai di babak perdelapanfinal.
Sementara itu bagi negara tetangga, masuknya Peng Soon Chan/Liu Ying Goh ke babak final menjadi rekor tersendiri lantaran ini merupakan kali pertama Malaysia mengirimkan wakilnya di nomor ganda campuran ke babak final Olimpiade.
Tak sampai disitu, hasil ini sekaligus menjadikan Chan/Gooh menjadi pemain nomor ganda campuran pertama Malaysia yang meraih medali cabang bulutangkis Olimpiade baik menang atau kalah di final nanti.
Sebelumnya, Negeri Jiran baru menorehkan medali Olimpiade cabang bulutangkis untuk nomor tunggal putra dan ganda putra, plus cabang loncat indah.
Chan/Gooh dan Lee Chong Wei (yang kini berada di perempatfinal) berpeluang menjadi atlet pertama Malaysia yang sukses meraih medali emas di sepanjang keikutsertaan Negeri Jiran di Olimpiade.
5. Owi/Butet Jalani Olimpade Kedua Sebagai Pasangan
Olimpade 2016 ini menjadi yang kedua bagi Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir turun berpasangan di ganda campuran setelah keduanya juga diduetkan pada Olimpiade sebelumnya di London 2012 lalu saat hanya mencapai babak perempatfinal.
Final Olimpade kali ini merupakan yang pertama bagi Tontowi Ahmad, namun yang kedua bagi Liliyana yang sebelumnya pernah tampil pada Olimpiade 2008 Beijing dan mampu meraih perak bersama Nova Widianto. Nova/Liliyana kalah dari pasangan Korea Selatan, Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung dengan skor 12-21 dan 17-21 di babak final.
6. Liu Ying Goh Lakukan Side Job
Ada fakta menarik yang tersaji saat rekam jejak kedua pasangan ini dikulik. Jika wakil Indonesia hanya berkonsentrasi di nomor ganda campuran, maka lain halnya dengan pasangan Malaysia yang melakukan side job atau melakoni 3 nomor di cabang olahraga bulutangkis.
Adalah Liu Ying Goh yang juga bertanding di nomor ganda putri, bahkan ia pernah mencicipi tunggal putri meski tidak cukup sukses dengan selalu kalah dari 5 laga yang telah dijalani. Pada nomor ganda putri, Ying Goh telah bermain dalam 129 laga dimana 62 kali menang dan 67 kali kalah.
Diganda putri, atlet 27 tahun itu berpasangan dengan Vivian Kah Mun Hoo dan bertengger di posisi 876 dunia. Sementara itu, pasangannya di Olimpiade 2016 ini, Peng Soon Chan hanya turun di nomor ganda campuran.
7. Tradisi Kado Kemerdekaan RI
Selama ini emas-emas Olimpiade dari tim bulutangkis Indonesia selalu dikaitkan dengan kado terbaik bagi ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Mulai dari Alan Budikusuma dan Susi Susanti (1992), Ricky Soebagdja/Rexy Mainaky (1996), Taufik Hidayat (2004), dan Markis Kido/Hendra Setiawan (2008).
Pengecualian bagi emas Olimpiade 2000 yang diraih Candra Wijaya/Tony Gunawan, mereka meraihnya di bulan September karena ketika itu Olimpiade berlangsung di bulan September dan bukan bulan Agustus seperti biasanya.
Tontowi/Liliyana jadi pemain Indonesia kedua yang memainkan laga final tepat pada tanggal 17 Agustus. Sebelumnya, pasangan Nova Widianto/Liliyana Natsir jadi pemain pertama yang berlaga di final tepat pada tanggal 17 Agustus. Sayangnya, ketika itu mereka kalah dari Lee Yong Dae/Lee Hyo Jung (Korea) di babak final.
Tensi untuk memberikan kado terbaik bagi ulang tahun Indonesia semakin terasa menegangkan lantaran Tontowi/Liliyana akan melawan Chan/Goh yang berasal dari Malaysia yang terkenal akan rivalitasnya. Malaysia sendiri masih memburu emas pertama sepanjang sejarah mereka di Olimpiade.