Thailand Open: Kisah 2 Pembelot yang Naik Takhta di Tunggal Putri
INDOSPORT.COM - Pebulutangkis China memang kerap menorehkan prestasi yang luar biasa di segala macam kejuaraan Super Series. Namun siapa sangka kejuaraan bertajuk Thailand Open menjadi saksi aksi membelot dua bintang lapangan ini.
Mereka adalah Lim Xiaoqing dan Yao Jie yang bermain di nomor tunggal putri. Baik Yao dan Lim sama-sama memiliki kemampuan yang luar biasa sehingga tidak heran disebut sebagai atlet bulutangkis legendaris hingga saat ini.
Lim Xiaoqing yang membela Swedia, merupakan salah satu tunggal putri terbaik terbaik pada masanya. Lahir di China dengan nama Sun Xiaoqing pada 15 Agustus 1967 tidak membuatnya rela membela Negeri Bambu.
Ia memutuskan pindah karena kalah saing dengan beberapa pebulutangkis terbaik China, sebut saja Tang Jiuhong dan Huang Hua. Hal ini pun membuat Lim memutuskan pindah kewarganegaraan ke Swedia.
Membelot ke benua Eropa, prestasi Lim justru meroket. Membawa bendera Swedia, ia berhasil memperoleh gelar tunggal putri pertamanya dalam ajang Thailand Open 1995, kala itu ia melawan pebulutangkis Korea Selatan, Ra Kyung-min.
Salah satu momen menarik ialah ketika ia bertanding melawan legenda Indonesia, Susy Susanti, di Thailand Open 1994. Namun Lim harus bertekuk lutut di hadapan Susy dengan skor 5-11, 10-12, dan ajang ini pun membuat Lim harus rela berada di posisi runner up kala itu.
Seolah belum cukup Lim sempat mengikuti berbagai kejuaraan lain dan menorehkan prestasi tak kalah hebat, yakni berhasil menyabet gelar 14th European Badminton Championship 1994 dan All England Open 1995.
Dilansir laman berita Idrottonline, usai berburu gelar itu dirinya kemudian memutuskan memutuskan menjadi pelatih bersama legenda ganda putra Swedia, Thomas Kihlstrom.
Tidak jauh berbeda dari Lim, Yao Jie juga memiliki pengalaman serupa. Lahir di Negara Tirai Bambu, 10 April 1977, Yao Jie memutuskan 'membelot' ke Belanda, dengan alasan susah bersaing dengan para atlet saingan di China.
Lagi-lagi ajang Thailand Open menjadi saksi pencapaiannya yang hebat usai Yao memegang kewarganegaraan Belanda. Tidak main-main, Yao berhasil memenangkan kejuaraan ini dua kali (2004 dan 2005).
Kemenangan pertamanya ialah ketika melawan atlet Korea Selatan, Jun Jae-youn, dengan skor 11-8, 2-11, dan 11-6. Selang satu tahun dirinya kembali menang melawan pebulutangkis Jerman, Xu Huaiwen, dengan skor 11-6, 11-7.
Prestasi Yao juga tidak kalah mentereng seperti menyabet gelar Dutch Open 2011, European Championship 2012, dan Dutch International 2012.
Usai berkarier di olahraga yang membesarkan namanya, Yao kemudian membuka sekolah bulutangkis sendiri di tanah kelahirannya, China. Yao bahkan mendapat kehormatan besar sebagai duta bulutangkis yang menghubungkan olahraga dan kebudayaan antara China dan Belanda.