Arti Nasionalisme Bagi Mantan Pebulutangkis Indonesia yang Kini Latih Malaysia
INDOSPORT.COM - Pahlawan Indonesia di Piala Thomas 2002, Hendrawan menjelaskan makna nasionalisme bagi dirinya yang kini melatih tim tunggal putra Malaysia.
Keputusan Lee Chong Wei untuk pensiun rupa-rupanya menghadirkan sejumlah pertanyaan untuk Hendrawan selaku pelatihnya. Tak ayal hal tersebut akhirnya membuat pecinta bulutangkis tanah air mengharapkan kepulangan Hendrawan ke Indonesia untuk menjadi pelatih di PBSI.
Namun siapa sangka, sebelum diminta untuk pulang ke Indonesia, Hendrawan rupa-rupanya sudah pernah mendapat panggilan dari PBSI untuk masuk ke dalam jajaran pelatih Pelatnas yang pada akhirnya ditolaknya dengan alasan pribadi.
Hal tersebut membuat banyak netizen mengkritik Hendra dan menganggap pria berusia 47 tahun tersebut tidak memiliki jiwa nasionallisme.
Dalam wawancara bersama INDOSPORT, Hendrawan mengklarifikasi, meski dirinya berasal dari China dan sempat mendapat masalah mengenai status kewarganegaraan, ia tetap cinta dengan Indonesia.
Kakak ipar Hendra Setiawan itu juga membeberkan pengalamannya ketika memutuskan untuk meniti karier sebagai pelatih bulutangkis. Ia mengaku telah menjalankan komitmennya untuk membantu PBSI sampai Olimpiade 2008.
Kemudian, Hendrawan juga menjelaskan tentang pilihannya melatih Malaysia. Ia mengaku pertamakali mendapat tawaran dari Negeri Jiran pada 2006, namun pada saat itu ia menolak karena masih memiliki tanggung jawab di PBSI.
Kemudian pada 2008, tawaran kembali datang dari Malaysia. Hendrawan pun mengajukan izin kepada PBSI namun kala itu izin belum turun dan ia sudah mendapat label tidak nasionalis.
"Saya masih ingat salah satu pengurus mengatakan saya nggak nasionalis. Tetapi saya bilang begini, Bapak melarang saya karena saya masih bisa membuktikan, memberikan sayng terbaik. Tetapi kalau tidak bisa, pasti dibuang juga," ungkap Hendrawan.
"Nah, sekarang pilihan saya mencari tantangan baru, satu penghargaan baru di Malaysia, ya nggak bisa ngelarang, karena apa? Saya memilih yang lebih baik, berarti saya punya pilihan yang lebih baik," lanjutnya.
Hendrawan juga menjelaskan proses adaptasinya di Malaysia bukan hal yang mudah. Sebagai pelatih, ia harus mempelajari karakter pemain. Kemudian soal bahasa, ia mengaku sempat kesulitan.
Kemudian tantangan terberat bagi Hendrawan yakni menghadapi fans, netizen di sosial media yang menganggap dirinya tidak nasionalis.
"Datang ke Istora awal-awal itu, kena 'huuu', ya tidak masalah. Saya biarkan," ujar pria kelahiran Malang tersebut.
Hendrawan mengaku sebenarnya ia enggan menanggapi berbagai komentar terkait dirinya. Namun, pemilik nama lahir Yap Seng Wan itu merasa bahwa para netizen tidak mengetahui sejarah yang sebenarnya terkait perjuangannya menjadi WNI di masa itu.