Iie Sumirat: Meteor Bandung yang Jadi ‘Pembunuh’ China di Ajang Bulutangkis Dunia
INDOSPORT.COM - Legenda bulutangkis Indonesia Iie Sumirat merupakan salah satu meteor Bandung yang pernah menjadi 'pembunuh' China di kancah dunia.
Iie Sumirat lahir di Bandung, Jawa Barat pada 15 November 1950 silam. Namanya mulai terkenal di dunia bulutangkis pada era 1970-an.
Sebelum dikenal dunia, Iie Sumirat sudah sejak kecil berkecimpung dalam olahraga tepok bulu. Dirinya berlatih keras untuk terus bisa memenangkan kejuaraan level nasional.
Atas kinerjanya itu, akhir 1969 dirinya dipanggil untuk menjalani Pelatnas PP PBSI. Pemanggilan itu membuat Iie sempat bimbang antara mengambil kesempatan atau lanjut sekolah.
Tetapi tekad kuatnya untuk melihat peluang menjadi atlet profesional semakin tinggi. Maka dari itu Iie Sumirat tanpa ragu mengambil kesempatan masuk Pelatnas.
Bahkan di 1970, Iie Sumirat memulai kariernya dengan masuk sebagai pemain cadangan Piala Thomas di Kuala Lumpur, Malaysia. Meski begitu dirinya sempat bermain di babak penyisihan dan mengalahkan lawan.
Iie tergabung dalam tim yang dihuni oleh Muljadi hingga Rudi Hartono. Pasca menjuarai Piala Thomas, Iie Sumirat mendapatkan Satya Lencana Kebudayaan dari mendiang Presiden Soeharto.
Pada 1971, Iie Sumirat sempat berlaga di All England. Akan tetapi dirinya mesti kandang di babak pertama lantaran memang masih kalah kelas dari peserta lain.
Kendati begitu pada 1972, Iie Sumirat sukses memenangkan Singapura Open. Dirinya mengalahkan tungga putra Malaysia Tan Aik Mong dengan skor 15-5, 15-11.
Setahun kemudian, Iie Sumirat kembali meraih gelar juara Singapura Open kala mengandaskan sesama wakil Indonesia Tjun Tjun dengan skor 15-3, 15-14.
Tiga tahun berselang, Iie Sumirat mampu membuat publik Indonesia bersorak gembira lantaran bisa memenangkan gelar juara World Badminton Championship di Bangkok, Thailand.
Pada ajang tersebut Iie mengandaskan Tariq Wadood (Pakistan), Udom Luangpachara, dan Pichai Vangsiritavorn (Thailand), Prakash Padukone (India), hingga Tang Hsien Hu (China).
Tibalah partai puncak, dimana Iie berjumlah Hou Jiachang (China). Pertandingan kedua orang ini berlangsung hingga tiga set, 12-15, 15-8, 18-15.
Kemenangan tersebut pun membuat Iie mendapat berbagai julukan mulai dari "Meteor dari Bandung Selatan", "Tan Joe Hok kecil", hingga "Si Pembunuh Raksasa".
Kehebatan Iie tak lepas dari senjata khas yang bernama pukulan 'kedutan'. Pasalnya lawan kerap dibuat bingung dengan gaya permainan Iie yang selain mengandalkan speed dan power, juga memiliki pukulan gerak tipu.
Karena tujuh pemain andalan Indonesia ini kerap meraih juara di ajang-ajang yang begitu penting. Harkat dan martabah bangsa Indonesia makin meningkat.
Iie pun pensiun dari bulutangkis pada tahun 1982 saat berusia 32 tahun. Kemudian menjadi pelatih bulutangkis dan mendirikan PB Sarana Muda yang kemudian menjadi SGS Elektrik.
Berkat dedikasinya dalam dunia bulutangkis sebagai pelatih, Iie mampu menghasilkan bibit-bibit baru yang bersinar di level nasional maupun internasional.
Mulai dari Taufik Hidayat, Tony Gunawan, Halim Haryanto, Flandy Limpele, hingga kini Anthony Sinisuka Ginting adalah hasil didikan Iie.