Kisah Pembantaian dan Sejarah Horor Venue French Open 2019
INDOSPORT.COM - Stade Pierre de Coubertin, venue French Open 2019 menyimpan kisah mengerikan. Kisah mengerikan apa yang terjadi di Stade Pierre de Coubertin?
Turnamen French Open 2019 sudah selesai pada Minggu (27/10/19) waktu setempat, atau Senin (28/10/19) dini hari WIB.
Indonesia membawa pulang dua gelar dari French Open 2019. Kevin Sanjaya/Marcus Gideon meraih gelar ganda putra, sedangkan Praveen Jordan/Melati Daeva meraih gelar ganda campuran.
Selain fakta bahwa Indonesia memenangkan dua gelar di French Open 2019, ada fakta menarik lain yang dapat digali dari turnamen BWF World Tour Super 750 ini.
Stade Pierre de Coubertin yang merupakan venue French Open 2019, ternyata menyimpan kisah yang kelam. Kisah mengerikan apa yang terjadi di Stade Pierre de Coubertin?
Profil Stade Pierre de Coubertin
Stade Pierre de Coubertin pertama kali dibuka pada tahun 1937 sebagai lokasi pameran. Stade Pierre de Coubertin dibangun ulang pada tahun 1946 karena rusak akibat perang dunia ke-2.
Stade Pierre de Coubertin sendiri dapat menampung hingga 4.836 penonton dan menjadi markas dari salah satu klub basket Prancis, Paris-Levallois Basket.
Selain menjadi venue pertandingan basket, Stade Pierre de Coubertin juga digunakan untuk pertandingan tinju dan tenis.
Kini Stade Pierre de Coubertin menjadi venue yang menggelar pertandingan-pertandingan badminton French Open 2019. Stade Pierre de Coubertin kedepannya akan menjadi salah satu venue Olimpiade Paris 2024.
Kisah Pembantaian Paris 1961
Terletak di kota yang modern seperti Paris, Stade Pierre de Coubertin ternyata menyimpan sejarah kelam. Stade Pierre de Coubertin menjadi saksi bisu peristiwa Paris Massacre of 1961 atau Pembantaian Paris 1961.
Peristiwa tersebut berawal dari Perang Aljazair, perang antara Prancis dengan Algerian National Liberation Front untuk memperjuangkan kemerdekaan Aljazair.
Perang ini sendiri berlangsung pada tahun 1954 hingga tahun 1962. Pada tahun 1961, Stade Pierre de Coubertin, menjadi tempat tahanan perang.
Peristiwa pembantaian tersebut terjadi pada 17 Oktober 1961. Atas perintah dari Maurice Papon, Kepala Kepolisian Paris, polisi menyerang para pengunjuk rasa yang mendukung kemerdekaan Aljazair.
Pada peristiwa tersebut, demonstran dipukuli oleh polisi dan banyak pula pengunjuk rasa yang dilempar ke sungai Seine dan mati tenggelam.
Setelah 37 tahun, tepatnya pada tahun 1998, pemerintah Prancis mengakui bahwa ada 40 orang meninggal dalam peristiwa tersebut.
Meskipun diperkirakan jumlah korban sebenarnya mencapai 100 hingga 300 orang. Dan Stade Pierre de Coubertin menjadi salah satu saksi bisu dari peristiwa mengerikan tersebut.
Stade Pierre de Coubertin sendiri masih digunakan untuk menghelat pertandingan olahraga hingga direnovasi pada tahun 1990. Meski punya sejarah kelam, Stade Pierre de Coubertin masih menjadi pilihan sebagai venue French Open hingga 2019 ini.