Tan Joe Hok, dari Main Pakai Bakiak Hingga Jadi Pebulutangkis Indonesia Pertama yang Juara All England
INDOSPORT.COM - Tan Joe Hok merupakan pebulutangkis Indonesia pertama yang bisa meraih Juara All England. Uniknya, kisah suksesnya tersebut hanya diawali oleh sebuah bakiak.
Indonesia terhitung cukup sukses dalam gelaran turnamen bulutangkis bergengsi dunia, All England. Di mana wakil-wakil Tanah Air bisa mengumpulkan total 47 gelar juara hingga kini.
Dengan jumlah tersebut, Indonesia berada di urutan kempat dalam daftar negara dengan gelar juara terbanyak. Berada di bawah Inggris, Denmark, dan juga China.
Bicara mengenai kisah sukses Indonesia di All England sendiri, tak bisa dilepaskan dari sosok Tan Joe Hok. Dari pria kelahiran Bandung itulah rentetan gelar juara Indonesia bermula.
Sebab Tan Joe Hok adalah pebulutangkis Indonesia pertama yang berhasil membawa pulang gelar juara All England ke Tanah Air lewat nomor tunggal putra di tahun 1959.
Saat itu di All England 1959, Indonesia yang mengirimkan dua wakilnya di sektor tunggal putra memang berhasil mendominasi.
Karena selain Tan Joe Hok yang keluar sebagai juara, satu pebulutangkis Indonesia lainnya Ferry Sonneville juga berhasil melaju hingga babak final.
Di final itulah Tan Joe Hok berhasil menunjukan keunggulannya atas Ferry Sonneville yang sebenarnya lebih senior. Pria bernama lain Hendra Kartanegara itu sukses meraih kemenangan dalam pertandingan tiga set, 15-8, 10-15 dan 15-3.
Karier Tan Joe Hok
Jika melihat catatan karier Tan Joe Hok, pria kelahiran 11 Agustus 1937 itu memang sangat pantas disebut sebagai legenda bulutangkis Indonesia.
Bukan hanya sebagai orang pertama Indonesia yang juara di All England, rentetan gelar. Mulai dari juara nasional di tahun 1956, dua kali juara Piala Thomas, dan juga sebagai orang Indonesia pertama yang bisa meraih medali emas di Asia Games, pernah dirasakan Tan Joe Hok.
Namun menariknya dari rentetan prestasi tersebut, Tan Joe Hok justru mengawali kecintaannya akan olah raga bulutangkis dengan bermodalkan bakiak, atau sandal yang terbuat dari kayu.
Di tengah keterbatasan ekonomi keluarga, Tan Joe Hok kecil kala itu hanya bisa bermain bulutangkis dengan menggunakan bakiak pada malam hari.. Disaat lapangan bulutangkis dekat rumahnya, tak lagi digunakan orang lain.
Namun karena bakatnya yang memang sudah menonjol sedari kecil, Tan Joe Hok kemudian mendapatkan pinjaman raket dari tetangganya. Sehingga memotivasi dirinya untuk memiliki raket sendiri dan terus mengasa kemampuan hingga menjadi juara nasional di tahun 1956.
Setelah sukses sebagai pebulutangkis tunggal putra, Tan Joe Hok juga sempat melanjutkan kariernya sebagai pelatih. Di tahun 1969 hingga 1970 dirinya smepat melanglang buana ke Meksiko sebagai pelatih. Selanjutnya ke Hong Kong , menjadi pelatih Tim Indonesia di Piala Thomas 1984, hingga menjadi pelatih di PB Djarum.
Di tahun 1984 itu juga Tan Joe Hok pernah mendapatkan status sebagai pelatih terbaik di persatuan wartawan olah raga Indonesia, SIWO.
Sayang memang setelah kesuksesan Tan Joe Hok meraih juara di All England pada tahun 1959, tak banyak lagi pebulutangkis tunggal putra Indonesia yang bisa mengikuti jejaknya.
Praktis hanya Rudy Hartono yang bisa delapan kali juara di All England, Liem Swie King yang tiga kali juara, serta Hariyanto Arbi yang juara dua kali berturut di tahun 1993 dan 1994.
Sejak saat itu hingga kini tak ada satupun lagi tunggal putra Indonesia yang bisa membawa pulang gelar juara turnamen bulutangkis tertua di dunia, All England itu ke tanah air.