Sampai ke Olimpiade, 4 Kasus Match Fixing Bulutangkis Terheboh
INDOSPORT.COM - Kasus pengaturan skor (match fixing) menghebohkan pernah beberapa kali terjadi di bulutangkis dunia yang melibatkan mulai dari pemain sampai pelatih.
Kasus Match Fixing (pengaturan hasil pertandingan secara ilegal) ternyata tidak hanya populer menimpa olahraga sepak bola saja.
Faktanya, di olahraga bulutangkis kasus match fixing pun pernah terjadi. Bahkan, kasus ini pernah menimpa pebulutangkis terkenal dunia.
Kasus seperti ini timbul mulai dari level turnamen individu sampai ke Olimpiade. Tak cuma pemain, ada juga pelatih yang pernah ikut terlibat.
Para atlet yang terlibat bahkan sampai harus mengorbankan karier bulutangkis mereka. Termasuk kasus di Olimpiade, berikut ini empat kasus match fixing paling menghebohkan di bulutangkis dunia.
1. Kasus 2 Pebulutangkis Malaysia
Keduanya terbukti melakukan sejumlah pengaturan skor dan kecurangan pada sejumlah turnamen bulutangkis dalam waktu yang lama sejak 2013-2016.
Keduanya pun menerima hukuman sangat berat yakni dilarang aktif (ban) di bulutangkis profesional selama masing-masing 15 tahun dan 20 tahun.
2. Pebulutangkis Ganda Indonesia
Pada 2018 lalu, sekjen PBSI, Achmad Budiharto, pernah memberikan pernyataan mengejutkan soal dugaan pengaturan skor yang dilakukan salah satu pebulutangkis Indonesia.
Meski enggan menyebut namanya, PBSI dikatakan telah memberikan hukuman. Pebulutangkis ini disebut Budiharto merupakan pemain nomor ganda putra dan campuran.
Sebagai tambahan informasi, pemain bulutangkis profesional Indonesia yang terlibat match fixing ini belum pernah dipanggil oleh pelatnas.
3. Joachim Persson
Pebulutangkis Denmar, Joachim Persson, pernah ditemukan bersalah oleh BWF karena melakukan pengaturan hasil pertandingan.
BWF diberi tahu pada akhir 2016 bahwa Persson, yang pernah duduk di peringkat 6 dunia lebih dari satu dekade lalu, bertaruh pada pertandingan bulutangkis.
Dia mengaku bertaruh pada pertandingan selama sekitar 13 tahun hingga 2016 tetapi tetap mengikuti aturan BWF sehingga tak ketahuan.
Persson dinyatakan bersalah karena pura-pura kalah pada set pertama sebuah pertandingan di 2015 yang mana di akhir laga ia berhasil menang. Persson juga dianggap tak kooperatif selama penyelidikan.
4. Pelatih China, Li Yongbo
Pelatih legendaris asal China, Li Yongbo, juga pernah terbukti melakukan pengaturan hasil pertandingan anak asuhnya. Tak tanggung-tanggung, hal ini ia lakukan di semifinal Olimpiade 2004.
Kecurigaan yang telah lama terbangun akhirnya terbukti setelah Li Yongbo sendiri mengakui telah mengatur salah satu hasil pertandingan semifinal nomor tunggal putri Olimpiade 2004 di Athena.
Sejauh ini, Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) telah gagal mendapatkan penjelasan dari China mengenai pengakuan tersebut. Federasi Pemain Bulutangkis (BPF) sangat menginginkan jawaban, dan menyerukan sanksi keras terhadap pelatih Tiongkok.
Setelah pengakuan oleh Li Yongbo, BWF mulai membentuk Komisi Etika untuk menangani insiden serupa di masa depan.