Pebulutangkis Cantik Ini Bicara Plus Minus Selama Karantina PBSI
INDOSPORT.COM - Pandemi virus corona yang menyebar di seluruh penjuru dunia sejak awal 2020, termasuk Indonesia, berdampak negatif kepada olahraga, salah satunya bulutangkis. Bahkan, hajatan akbar Olimpiade Tokyo 2020 terpaksa harus diundur tahun ke depan.
Sudah hampir dua bulan para pebulutangkis harus menjalani karantina sesuai aturan yang berlaku di negaranya masing-masing, tak terkecuali atlet ganda campuran Indonesia, Melati Daeva Oktavianti. Dia mengakui banyaknya penundaan turnamen secara tak langsung memiliki nilai plus dan minus.
“Pasti ada plus dan minusnya. Yang pasti karena memasuki Ramadan juga. Plusnya puasa saya bisa lebih banyak karena latihan tak terlalu berat. Saya pribadi merasa punya banyak waktu longgar dan pikiran juga jadi nggak terlalu stres,” kata Melati kepada Djarumbadminton.com.
Selain pengunduran Olimpiade Tokyo 2020, terhitung sejak pertengahan Maret kemarin, tepatnya selepas kejuaraan All England 2020 BWF World Tour Super 1000, Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) secara resmi telah menangguhkan atau menunda lebih dari 20 turnamen internasional.
Alhasil, para atlet di seluruh dunia pun terpaksa meliburkan diri dari segala aktivitas pertandingan. Mereka hanya bisa berlatih mandiri dan berkegiatan di rumah masing-masing.
“Saya juga nggak bisa bilang punya persiapan panjang untuk turnamen-turnamen berikutnya dan Olimpiade karena kan sekarang ini latihannya juga masih belum intens,” tambahnya.
Melati Daeva Oktavianti juga menuturkan kalau kebosanan menjadi lawan terberat yang harus dikalahkannya selama masa karantina di Pelatnas PBSI.
“Minusnya, lumayan bosan karena belum ada pertandingan. Kami harus pintar-pintar jaga semangatnya biar nggak malas, apalagi hawanya seperti ini. Lumayan terasa juga beban sebagai atlet," cetusnya.
"Tanggung jawabnya sedikit lebih besar dari biasanya. Karena kami harus bisa menjaga badan supaya tetap sehat dan fit. Harus latihan pukulan juga agar tak hilang feeling-nya,” tukas juara All England 2020 ini.
PENULIS: Hafiz Rizky Pratama