Kisah di Balik Smash 100 Watt Hariyanto Arbi yang Hancurkan Malaysia
INDOSPORT.COM - Bagi para pecinta bulutangkis Indonesia, rasanya tidak asing dengan nama Hariyanto Arbi karena dirinya merupakan salah satu tunggal putra terbaik di Tanah Air.
Bagaiman tidak, sejumlah prestasi bergengsi pernah disabet oleh pria kelahiran Kudus, 21 Agustus 1972 ini. Mulai dari kejuaraan Hong Kong Open 1994, All England 1993 dan 1994, Japan Open 1993 dan 1995.
Medali emas Asian Games 1994, Chinese Taipei Masters 1993, 1994, Juara Dunia 1995 dan merebut Piala Thomas tahun 1994, 1996, 1998 serta masih banyak lagi.
Prestasi tersebut membawa namanya bertengger di ranking pertama dunia versi BWF -federasi bulutangkis dunia- pada tahun 1995.
Setelah banyak menorehkan tinta emas, Hariyanto Arbi akhirnya memutuskan pensiun dan beralih profesi menjadi pebisnis, dan politikus ketimbang menekuni dunia kepelatihan bulutangkis.
"Sekarang sibuknya bisnis saja, jual raket," ujar Arbi kepada redaksi berita olahraga INDOSPORT (12/07/19).
"Selain itu bantu-bantu saja di partai, belum ada kegiatan. Balik kerja dulu lagi," tambahnya.
Pada tahun 2003 ia merintis usaha peralatan olahraga, yang dibangunnya dengan modal seadanya. Tak disangka, bisnis yang ditekuninya dibawah nama Flypower itu perlahan berkembang pesat, hingga menjadi perusahaan besar.
Pasar Flypower juga telah merambah ke luar negeri, Mereka mengeksport peralatan olahraga ke berbagai negara seperti Malaysia, Korea Selatan, India, hingga Prancis.
Tak hanya jualan, perusahaan Hariyanto Arbi yakni Flypower juga turut andil dalam mengembangkan olahraga bulutangkis Indonesia, dengan mensponsori klub-klub lokal serta kejuaraan nasional sejak 2009.
Cerita di Balik Julukan "Smash 100 Watt"
Semasa aktif bermain, Hariyanto Arbi juga dikenal sebagai salah satu tunggal putra yang memiliki pukulan smash mematikan, dengan julukan 'smash 100 watt'. Lantas, seperti apa cerita di balik itu semua?
Menurut penuturannya, julukan smash 100 watt muncul dari bualan meja makan di Kuala Lumpur. Kala itu dirinya tengah menjalani turnamen di Malaysia, dan akan bertanding melawan wakil tuan rumah, Rashid Sidek di partai final.
Salah satu tunggal putra andalan Negeri Jiran yang terkenal dengan julukan 'jago kandang' alias sulit dikalahkan ketika main di depan publiknya sendiri.
"Sebelum bertanding yang pada saat itu partai final, saya makan pagi bersama rekan saya, Ardy B Wiranata dan membahas pertemuan saya dengan Rashid," kata Hari.
"Ardy kemudian menantang saya apakah saya bisa mengalahkan Rashid. Lalu saya jawab, lihat saja nanti, saya akan kalahkan dia dengan smash 100 watt," tambah Hari.
Di sisi lain, Hari juga tidak tahu mengapa kata-kata itu secara spontan terucap dari mulutnya. Padahal ia sendiri tidak tahu apa itu smash 100 watt.
Namun siapa sangka percakapan Hari dan Ardy di meja makan, terdengar oleh salah satu wartawan Indonesia yang kala itu tengah meliput di Malaysia.
Keesokan harinya, Hari ternyata sukses mengalahkan Rashid. Sontak kemenangan tersebut disambut meriah oleh publik Tanah Air.
Dan muncul pemberitaan pemberitaan kemenangan Hari si Smash 100 watt di media-media Indonesia. Sejak saat itu julukan smash 100 watt melekat kepada dirinya.
"Saya tidak menyangka juga akhirnya bisa mengalahkan Rashid di kandangnya sendiri. Langsung saja saya bilang sama Ardy kalau kemenangan saya itu karena Smash 100 watt, kalau dia kalah mungkin karena smash-nya waktu itu cuma 5 watt, ha ha ha," canda Hari.
Lain di Indonesia, lain pula di Inggris. Ketika media Tanah Air memberikan julukannya lewat faktor smash, media-media Negeri Ratu Elizabeth itu justru memberikan julukan dengan istilah jumping jack, karena seringnya ia berloncat-loncat di lapangan.