Cerita Richard Mainaky yang Sempat Nyaman Jadi Debt Collector
INDOSPORT.COM - Richard Mainaky, pelopor dinasti Mainaky di bulutangkis nasional sempat jadi debt collector sebelum kini berstatus pelatih juara Olimpiade.
Nama besar keluarga Mainaky di dunia bulutangkis Indonesia jelas sudah tak perlu diragukan lagi. Para anggota keluarga Mainaky yang berasal dari Ternate, Maluku Utara itu mulai dari Rexy hingga Richard sukses meraih emas Olimpiade dan kini menjadi pelatih.
Richard Mainaky
Dalam dinasti keluarga Mainaky, Richard Mainaky adalah anak tertua dari lima bersaudara yakni Rionny Frederik Lambertus Mainaky, Rexy Ronald Mainaky, Marleve Mario Mainaky, dan Karel Leopold Mainaky.
Pria kelahiran Ternate 23 Januari 1965 itu juga menjadi anak pertama Jantje Rudolf Mainaky yang dikirim ke Jakarta untuk berlatih bulutangkis, sebelum disusul adik-adiknya.
Dikenalkan bulutangkis oleh sang Ayah yang merupakan juara bulutangkis se-Maluku, Richard kemudian menimba ilmu di PB 56. Dalam didikan pelatih Darius Pongoh, ayah dari pebulutangkis Lius Pongoh.
Dari PB 56, Richard kemudian juga sempat pindah ke PB Tangkas bersama pelatihnya Darius Pongoh. PB Tangkas membuka jalan Richard bisa menembus Pelatnas PBSI Senayan pada tahun 1989.
Sayang ketika menjajaki karier di tim bulutangkis Indonesia, capaian Richard Mainaky tak cukup bisa dibanggakan. Terlebih jika dibandingkan dengan adiknya, Rexy Mainaky. Baik itu kala dirinya diturunkan di sektor tunggal putra, ganda putra hingga ganda campuran.
Tetapi dengan levelnya sebagai pebulutangkis nasional, Richard kemudian mampu melanjutkan kariernya sebagai pelatih pasca pensiun. Mantan klubnya, PB Tangkas, menjadi tempat pertamanya terjun di dunia kepelatihan.
Ada sedikit kisah menarik ketika Richard Mainaky menjadi pelatih di PB Tangkas sekitar pertengahan tahun 1990-an. Waktunya yang kosong usai melatih dimanfaatkan Richard dengan mengikuti Pamannya yang menjadi penagih utang atau debt collector di Jakarta.
“Sambil melatih kan banyak lowong (waktu) ya. Ya namanya kita dari Maluku, kan. Kebetulan ada saudara saya, Om saya, semua kan memang pekerjaannya begitu. Ada yang jadi bodyguard lah, ada yang jadi preman lah, ada yang jadi tim debt collector. Nah, saya sempat ikut nagih-nagih hutang,” Cerita Richard Mainaky, seperti dikutip dari Historia.
Beruntung di tengah karier sebagai pelatih yang belum cukup jelas dan semakin nyaman ikut menjadi debt collector, Richard Mainaky kemudian mendapatkan ajakan dari Christian Hadinata untuk menjadi pelatih di Pelatnas PBSI pada tahun 1996.
Di Pelatnas PBSI Richard Mainaky akhirnya bisa menunjukan kualitas luar biasanya. Berbekal ilmu dari Christian Hadinata dan juga instingnya sebagai pelatih, Richard Mainaky bisa mengantarkan sujumlah anak asuhnya meraih prestasi membanggakan.
Mulai dari Tri Kusharjanto/Minarti Timur yang yang dibawanya meraih medali perak Olimpiade Sydney 2000 dari sektor ganda campuran lalu Nova Widiyanto/Liliyana Natsir yang jadi juara dunia tahun 2005.
Hingga puncaknya membawa Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir meraih banyak gelar prestisius seperti Kejuaraan Dunia, All England hingga medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Saat itu Richard Mainaky masih tercatat sebagai pelatih sektor ganda campuran di Pelatnas PBSI. Selain juga sejak tahun 2018 dirinya bergabung dengan PB Djarum untuk membantu mencari bibit-bibit mua berbakat penerus kejayaan bulutangkis Indonesia di dunia internasional.