Yang Yang, Tunggal Putra Terbaik China yang Sukses Bersama Malaysia
INDOSPORT.COM – Jauh sebelum memiliki Lin Dan sebagai tunggal putra terbaik dunia, bulutangkis China pernah memiliki Yang Yang. Sosok yang juga sukses bersama Malaysia.
Sebagai salah satu kiblat bulutangkis di dunia, China seakan tak penah berhenti melahirkan pebulutangkis-pebulutangkis hebat. Termasuk dari sektor tunggal putra.
Saat ini saja China memiliki beberapa tunggal putra yang masuk dalam daftar elite peringkat 10 besar dunia. Mulai dari Chen Long, Shi Yuqi hingga Lin Dan yang di dua dekade terakhir bisa mencuat sebagai salah pebulutangkis terbaik sepanjang sejarah.
Dengan gelar lengkap super grand slam yang dimilikinya, memang sulit untuk menampik bahwa Lin Dan merupakan salah satu pebulutangkis tunggal putra terbaik China sepanjang sejarah.
Namun yang harus juga diingat, Lin Dan bukan satu-satunya. Karena jauh sebelum Lin Dan menguasai dunia, China juga bisa memunculkan tunggal putra terbaik yang prestasinya tak kalah membanggakan. Seperti salah satunya Yang Yang.
Yang Yang
Lahir di Nanjing 8 Desember 1963, Yang Yang mulai berlatih bulutangkis secara serius pada usia 12 tahun. Dan ketika usianya menginjak 20 tahun di 1983, Yang Yang sudah dipercaya masuk ke dalam tim bulutangkis nasional China.
Setahun berselang dirinya sudah bisa menjadi pebulutangkis terbaik di China dengan menjadi juara nasional. Kemudian memasuki tahun 1985, Yang Yang mulai menancapkan namanya di dunia internasional. Dimulai dengan menjuarai Hong Kong Open, setelah mengalahkan salah satu tunggal putra terbaik dunia saat itu, Morten Frost asal Denmark.
Nama Yang Yang semakin melejit setelah di tahun 1986 dirinya menjadi penentu kemenangan tim bulutangkis China, untuk merebut Piala Thomas 1986 dari juara bertahan Indonesia. Dalam pertandingan yang berlangsung di Jakarta.
Dan memasuki akhir-akhir tahun 1980-an itu, karier Yang Yang mencapai puncaknya. Deretan gelar prestisius berhasil dibawa pualngnya ke Negeri Tirai Bambu.
Mulai dari Juara World Gran Prix Finals 1986 mengalahkan Morten Frost, hingga juara All England 1989 juga dengan kembali mengalahkan rival bebuyutannya asal Denmark itu.
Dalam masa keemasan yang membawanya ke daftar puncak tunggal utra nomor satu dunia, Yaang Yang juga mampu menorehkan sejumlah prestasi yang sangat sulit untuk diikuti oleh pebulutangkis lainnya hingga kini.
Seperti ketika dirinya bisa menjadi juara BWF World Championship secara berturut di tahun 1987 dan 1989. Hingga kini baru ada satu pebulutangkis yang menyamai capaiannya itu. Yakni penerusnya sendiri sebagai tunggal putra China, Lin Dan.
Selain itu Yang Yang juga tercatat sebagai pebulutangkis pertama yang bisa menjuarai Olimpiade di tahun 1988. Kendati kala itu bulutangkis masih hanya berstatus sebagai olahraga eksibisi, yang raihan medalinya belum dihitung secara resmi.
Bersama tim bulutangkis China, Yan Yang juga menjadi bagian dalam kedigdayaan mereka menguasai dunia. Lewat torehan tiga gelar Piala Thomas secara berturut, dari tahun 1986, 1988 hingga 1990.
Menjadi pahlawan bulutangkis China ketika masih bermain, setelah pensiun di tahun 1991, Yang Yang juga bisa membawa namanya menjadi salah satu sosok penting dalam keberhasilan bulutangkis Malaysia di dunia internasional.
1. Yang Yang Sukses di Malaysia
Keputusan Yang Yang untuk pensiun di usia yang baru 28 tahun saat itu jelas mengejutkan banyak pihak. Semakin mengejutkan lagi, setelah setahun berselang di 1992, Yang Yang justru menerima tawaran federasi Bulutangkis Malaysia untuk menjadi pelatih tim bulutangkis Negeri Jiran itu.
Salah satu yang paling terkejut saat itu adalah pelatih Yang Yang kala masih bermain di tim bulutangkis China, Hou Jiajiang.
Hou Jiangjiang saat itu bahkan sampai berharap keputusan mantan anak asuhnya hanya sebatas menjadi pelatih sementara, bukan pelatih pemanen tim bulutangkis Malaysia.
Namun tak sedikit pula yang mendukung keputusan Yang Yang. Seperti yang diutarakan manajer tim bulutangkis Indonesia kala itu, Leo Wiranata.
Leo menilai keputusan Yang Yang menerima tawaran federasi Bulutangkis Malaysia, tak ubahnya sebuah langkah serius untuk memajukan prestasi tim Negeri Jiran, khususnya di Olimpiade dan Piala Thomas.
Menurut Leo langkah Malaysia menunjuk Yan Yang juga menjadi sangat tepat, karena gaya bermain pria asal China itu sangat mirip dengan tunggal putra andalan Malaysia kala itu, Rashid Sidek. Sehingga akan sangat bagus buat perkembangan permaian Sidek sendiri.
Hasilnya, keputusan Yang Yang untuk menjadi pelatih Malaysia memang terbukti tepat. Bersama Han Jian and Chen Changjie yang juga asal China, Yang Yang berhasil mengantarkan Malaysia menjadi juara Piala Thomas 1992. Sebuah raihan pertama, sejak terakhir kali mereka merasakannya di tahun 1967.
Khusus untuk Rashid Sidek, tangan dingin Yang Yang terbukti juga mampu mengantarkannya meraih prestasi di Olimpiade 1992. Meski tak bisa menjadi juara, Yang Yang bisa membawa tunggal putra Malaysia itu meraih medali perunggu, sejajar dengan mantan rekan sendiri di Tim bulutangkis China, Li Yong Bo.