Menilik Tunggal Putri Indonesia Layak Disebut GOAT, Susi Susanti?
INDOSPORT.COM - Mari menilik siapa tunggal putri Indonesia yang layak disebut sebagai Greatest of All The Time atau biasa disingkat GOAT, akankah Susi Susanti?
Bulutangkis Indonesia selalu melahirkan atlet-atlet berprestasi. Mereka tumbuh dan besar dengan tekad yang kuat dalam membanggakan Indonesia.
Merah-Putih mulai dikenal di jagat tepok bulu pada era 1950-an. Seiring berjalannya waktu Indonesia menjadi salah satu wakil menakutkan di bulutangkis.
Bumi Pertiwi setiap tahun selalu menghadirkan talenta baru yang akan menjadi sebuah generasi paling diingat sepanjang masa penggila badminton.
Beragam prestasi di sektor tunggal putra dan putri, ganda putra dan putri, serta ganda campuran kerap mengharumkan Merah-Putih di kancah dunia.
Mereka semua bisa disebut inspirator bagi anak-anak Bumi Pertiwi hingga pahlawan Tanah Air karena selalu mencengangkan dunia bulutangkis.
Dari para legenda hingga atlet aktif saat ini tentu saja ada sosok yang bisa disebut sebagai pebulutangkis GOAT akan torehan prestasi yang dibuat.
Karena sebelumnya media olahraga India First Post sempat membahas sosok pebulutangkis GOAT tunggal putra, dimana tercatut nama Rudy Hartono.
Kali ini redaksi INDOSPORT coba untuk menilik siapa tunggal putri Indonesia layak disandang predikat GOAT? Maka dari itu simak utas berikut.
1. Menilik GOAT Tunggal Putri
Jika ditelisik secara perlahan, tunggal putri terbaik Indonesia tampaknya hanya menyisakan beberapa nama saja seperti Mia Audina, Maria Kristin, hingga Susi Susanti.
Melihat segi gelar, nama-nama tadi tampaknya meraih prestasi di masing-masing kejuaraan. Semuanya tetap berupaya memberikan gelar untuk Indonesia.
Pada era 1960-an hingga 1970-an ada legenda tunggal putri seperti Minarni Soedaryanto yang bisa menembus juara Piala Uber 1975.
Setelah era tersebut, perlahan mulai muncul sosok Susi Susanti. Semula publik meragukan akan kualitas Susi muda tetapi dirinya menjawab dengan luar biasa.
Pasalnya perempuan bernama lengkap Lucis Fancisca Susi Susanti itu turut mendulang beragam prestasi yang begitu mentereng jika dijabarkan.
Mulai dari World Championship (1993), All England (1990, 1991, 1993), World Cup (1989), Piala Uber (1994, 1996), sampai emas Olimpiade Barcelona 1992.
Sampai-sampai wanita kelahiran Tasikmalaya itu mendapat Penghargaan Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama 1992 sampai The Badminton Hall of Fame 2004.
Lalu hampir seangkaan dengan Susi Susanti, Mia Audina juga sempat menjadi calon tunggal putri Indonesia paling ditakutkan oleh para lawan di dunia.
Sebab Mia Audina mampu menjawabnya dengan merengkuh medali perak Olimpiade Atlanta 1996, Indonesia Terbuka, Jepang Terbuka, Singapura Terbuka, sampai Piala Uber.
Sejatinya ada rekan-rekan seangkatan Mia Audina yang turut menjadi ancaman dari Indonesia ke negara lain. Namun pamor mereka sudah kandas oleh gemilangnya Mia.
Akan tetapi kala memasuki dekade 2000-an, Mia harus mengikuti sang suami ke Belanda hingga akhirnya menetap di sana hingga sampai saat ini.
Setelah Mia harapan sempat muncul dalam sosok Maria Kristin Yulianti. Perempuan kelahiran Tuban itu sempat menjadi harapan baru bagi tunggal putri Indonesia.
Sebab Maria mampu mendulang medali perunggu Olimpiade Beijing 2008, kampiun SEA Games (2007), hingga meraih perak Uber Cup (2008).
Setelah Maria memutuskan pensiun dini, tunggal putri Indonesia masih kesulitan untuk mencari regenerasi terbaik yang pernah ada sampai era sekarang Fitriani dan kawan-kawan.
Melihat capaian di atas, semakin menegaskan kalau GOAT tunggal putri Indonesia sangat pantas disandang oleh Susi Susanti sejauh ini di level domestik dan internasional.