Now or Never, Hendra Setiawan!
INDOSPORT.COM – Hendra Setiawan sudah pasti akan dikenang menjadi salah satu legenda bulutangkis Indonesia. Berbagai trofi dan medali bergengsi telah memenuhi koleksi prestasinya sejak berkecimpung di dunia tepok bulu lebih dari dua dekade ke belakang.
Hendra Setiawan juga nyaris mengikuti jejak Lin Dan dalam melengkapi gelar Grand Slam dalam bulutangkis. Gelar Juara Asia, Juara Dunia, hingga medali emas Olimpiade pun pernah digenggamnya.
Bahkan sejumlah rekor juga tercatat atas namanya, seperti menjadi pebulutangkis Indonesia dengan gelar juara dunia terbanyak, yakni empat kali, setara dengan yang dimiliki Liliyana Natsir.
Bergonta-ganti pasangan juga tak masalah bagi pemain kelahiran Pemalang ini. Bersama Markis Kido, ia menjadi ganda putra yang menakutkan. Keduanya juga sempat menduduki peringkat satu dunia dan mempersembahkan medali emas Olimpiade 2008.
Sementara bersama Mohammad Ahsan, pencapaiannya tak kalah mentereng, seperti membawa pulang medali emas Kejuaraan Dunia tiga kali dan juga menjadi ganda putra peringkat satu dunia.
Tergolong senior, Hendra (36 tahun) dan Ahsan (32 tahun) saat ini masih amat kompetitif dan menjadi momok bagi pemain-pemain muda dunia lainnya.
Namun meski sudah memiliki prestasi lengkap dalam berbagai turnamen individu, rasanya masih ada yang kurang dalam rekam jejak seorang Hendra Setiawan yang dijuluki 'Dewa' oleh para Badminton Lovers ini.
1. Kesempatan Terakhir Hendra Setiawan
Hendra Setiawan dan Mohammad Ahsan yang kembali berpasangan setelah sempat bercerai, mampu menunjukkan performa terbaik dan kini menempati peringkat dua dunia.
Matang secara teknik dan mental, serta mindset nothing to lose tampaknya membuat kedua pemain veteran ini masih tak terbendung.
Satu-satunya yang menjadi sandungan hanyalah sesama pasangan Indonesia, Kevin Sanjaya/Marcus Gideon. Dari 13 kali pertemuan di pertandingan yang tercatat BWF, 10 laga terakhir dimenangkan oleh Kevin/Marcus.
Maka dari itu, sudah hampir pasti Hendra/Ahsan bakal diangkut PBSI ke Piala Thomas 2020 sebagai ganda kedua. Ini adalah keputusan yang paling logis jika PBSI menargetkan untuk membawa pulang trofi bergengsi tersebut setelah 18 tahun tak mampir ke Indonesia.
Piala Thomas tahun ini sendiri akan berlangsung di Aarhus, Denmark, pada 3-10 Oktober mendatang.
Baru saja berulang tahun yang ke-36 bulan lalu, rasanya ini kesempatan terakhir sang kapten untuk mencicipi mengangkat trofi turnamen beregu yang amat bergengsi itu.
Apalagi Hendra tercatat sudah tujuh kali berpartisipasi di Piala Thomas sejak 2006 silam. Dari tujuh kesempatan itu, ia sukses mengalungkan dua medali perak (2010 dan 2016) dan medali perunggu (2006, 2008, 2014, 2018).
Sementara di turnamen beregu lainnya yakni Piala Sudirman, Hendra Setiawan sudah ikut lima kali dan meraih satu medali perak (2007) dan tiga medali perunggu (2009, 2015, dan 2019). Piala Sudirman sendiri baru akan diadakan lagi pada 2021.
Mengingat usianya, kemungkinan besar Hendra Setiawan tak akan lagi turun di ajang ini dan hanya berfokus untuk Olimpiade Tokyo di tahun depan. Maka dari itu, Piala Thomas menjadi satu-satunya kesempatan Hendra Setiawan untuk melengkapi koleksi medali emas di turnamen beregu.
Bicara soal kans di Piala Thomas 2020, Indonesia sendiri punya peluang besar. Di atas kertas, Tim Merah Putih diunggulkan untuk menjadi juara grup usai diumumkan tergabung bersama Malaysia, Inggris, dan Belanda.
Bermaterikan tiga ganda putra di enam besar dunia dan dua tunggal putra di 7 besar dunia, Indonesia juga menjadi favorit juara.
Dengan modal besar berupa materi pemain dan persembahan segudang prestasi yang ia catat, bisa dikatakan Indonesia ‘berutang’ trofi Piala Thomas untuk Hendra Setiawan.