Persaingan Makin Ketat, Legenda Tunggal Putri Denmark Kenang Susy Susanti
INDOSPORT.COM - Camilla Martin, legenda tunggal putri Denmark, kembali mengenang masa-masa kejayaannya saat bertarung dengan Susy Susanti, tunggal putri legendaris Indonesia.
Baginya, Susy adalah pemain terbaik pada masanya. Bahkan, ketika atlet China masih mendominasi dunia bulutangkis saat itu, Susy tetap bisa membuktikan kualitasnya.
Hal ini diungkapkan Camilla saat melihat peta kekuatan dari tunggal putri dunia saat ini. Baginya, terdapat banyak perbedaan dari tunggal putri saat ini dengan zaman dulu.
Menurutnya, pemain-pemain asal China tidak hanya punya kemampuan yang hebat, tetapi juga didukung oleh postur badan yang tinggi.
Hal ini sangat berbeda dengan atlet China saat ini yang mana punya postur badan lebih mungil, termasuk Susy. Meski begitu, Susy tetap tidak terkalahkan.
"Pada masa saya, China memiliki pemain seperti Zhang Ning, Xie Xingfang, Ye Zhaoying, Zhou Mi. Mereka semua tinggi. Pada tahun-tahun setelahnya, mereka memiliki pemain yang lebih kecil, tetapi masih kuat," kata Camilla, dikutip dari laman resmi BWF.
"Gong Zhichao adalah pemain yang (berpostur) kecil. Dia adalah pemain yang luar biasa, sangat sulit untuk dikalahkan. Lebih jauh ke belakang, Susy Susanti yang bisa bermain terus dan terus, juga tidak melakukan kesalahan (saat bermain)."
Kini, Camilla menganggap bahwa atlet tunggal putri China tidak sedominan dulu. Mereka memang masih dinilai punya kualitas, tetapi tidak sesuperior saat itu.
1. Persaingan Tunggal Putri Lebih Merata
Camilla Martin juga tidak menutup mata bahwa peta persaingan di sektor tunggal putri saat ini lebih merata. Hal ini dianggapnya bagus karena bisa lebih bervariasi dalam kejuaraan.
"Pemain China tidak mendominasi seperti saat saya masih bermain. Ada lebih banyak negara yang punya kekuatan setara, mereka memiliki peluang untuk menjuarai sektor tunggal putri," ungkap wanita 47 tahun tersebut.
"Saya suka menonton tunggal putri hanya untuk melihat bagaimana perkembangannya, dan ini adalah permainan yang lebih menyerang."
"Pada masa saya, hanya saya dan pemain China. Sangat menyenangkan melihat lebih banyak negara yang bisa menang di tunggal putri."
"Makanya, sepertinya lebih sulit bagi pemain China sekarang. Mereka memang memiliki pemain bagus, tetapi selama saya bermain, mereka bahkan memiliki lima, enam, sampai tujuh pemain yang berkualitas," tutupnya.