3 Faktor Penyebab Gregoria Mariska Tersingkir Cepat di Denmark dan French Open 2022
INDOSPORT.COM - Setidaknya ada tiga faktor penyebab mengapa Gregoria Mariska Tunjung tersingkir cepat di turnamen Eropa, Denmark Open dan French Open 2022.
Gregoria Mariska menjadi satu-satunya wakil tunggal putri Indonesia di tur Eropa, Denmark Open dan French Open 2022, yang berada di level BWF Super 750.
Namun, Gregoria Mariska justru tumbang di babak awal Denmark Open 2022. Ia kalah dari pebulutangkis tunggal putri andalan China, He Bing Jiao, skor 14-21, 19-21.
Kekalahan itu setidaknya memberi cukup waktu bagi Gregoria Mariska Tunjung untuk mempersiapkan diri menghadapi French Open 2022 di Stade Pierre de Coubertin.
Namun, bukannya menang, Gregoria justru kembali tersingkir di babak awal French Open 2022, Selasa (25/10/22) malam.
Menghadapi wakil Malaysia, Bei Wen Zhang, Gregoria sempat unggul telak 21-13 di game pertama, tetapi di game kedua, Indonesia justru kena comeback di angka 18-21.
Memasuki babak rubber, Gregoria dan Bei Wen Zhang saling sikut. Sayangnya, Dewi Fortuna tidak berpihak pada Indonesia. Ia pun harus mengakui kekalahan, skor 18-21.
Sejak era Susy Susanti hingga hari ini, belum pernah ada wakil tunggal putri Indonesia yang jadi juara French Open.
Namun, Gregoria Mariska tidak boleh berlindung di balik statistik ini. Faktanya, gelar individual terakhir yang ia dapatkan sudah lama sekali, yaitu Finnish Open 2018.
Berdasarkan evaluasi, berikut adalah tiga alasan mengapa Gregoria Mariska Tunjung tersingkir cepat di dua turnamen Eropa.
1. 1. Level Turnamen terlalu Tinggi
Sudah diketahui bersama, Denmark Open dan French Open 2022 adalah turnamen dengan level tinggi, yaitu BWF Super 750. Peserta yang ikut adalah unggulan dunia.
Nampaknya, Gregoria Mariska Tunjung belum ada di level ini. Pebulutangkis 23 tahun itu kerap kali kesulitan bersaing dengan pebulutangkis kelas berat.
Memang, Gregoria beberapa kali berhasil menaklukkan tunggal putri terbaik dunia, Akane Yamaguchi, namun ia tak konsisten.
Banyak yang menyarankan agar Gregoria tidak diikut sertakan di turnamen level Super 750 dulu, melainkan di level Super 100, Super 300, hingga Super 500 saja.
Pada level ini, persaingan tidak terlalu ketat, sehingga ada peluang untuk Gregoria bisa menjadi juara, dan menguatkan mentalnya sebelum kembali ke level BWF Super 750.
2. Dihantui Masalah Mental
Gregoria Mariska juga blak-blakan bahwa ia menemui psikolog setiap kali menghadapi turnamen, karena prestasinya yang mentok adalah karena mentalnya yang belum kuat.
Demikian pula kekalahan cepat di Denmark Open dan French Open 2022, Gregoria pun mengaku mentalnya masih belum terasah.
"Pada laga ini keinginan menang saya sangat tinggi, mungkin hal itu membuat saya tertekan dan bermain jauh dari apa yang diharapkan," kata Gregoria hari ini.
"Saya sendiri tidak grogi menghadapi ini, hanya memang karena punya keinginan menang yang tinggi, saya malah tidak bisa me-manage hal itu dengan baik," ujarnya.
Namun, nasi sudah menjadi bubur. Gregoria sudah tak lagi memiliki kesempatan untuk memperbaiki hasil di turnamen Eropa ini.
2. 3. Trauma Masa Lalu
Gregoria Mariska Tunjung barangkali memiliki trauma saat bermain di French Open 2022, di Stade Pierre de Coubertin.
Persis empat tahun lalu, 26 Oktober 2018, ia memutuskan mundur dari babak perempat final French Open 2018 karena mengalami cedera pinggang dan menepi cukup lama.
Menghadapi Akane Yamahuchi di perempat final French Open 2018, Gregoria tertinggal di game pertama. Saat interval game kedua, ia tersalip lagi jadi 6-11, lalu cederanya pun kambuh, hingga ia memutuskan menyerah.
Gregoria sudah bersusah payah untuk kembali ke performa awal paska cedera di French Open 2018, tetapi sampai saat ini, ia belum bisa menyusul para atlet top dunia.