4 Cerita Pebulutangkis Indonesia yang Pindah Negara, Terbaru Karena Konflik dengan PBSI
INDOSPORT.COM – Berikut empat cerita pebulutangkis Indonesia yang putuskan bela negara lain. Terbaru ada tunggal putra, Aria Dinata, yang hengkang usai dibuat sakit hati PBSI.
Indonesia yang menjadi salah satu negara powerhouse bulutangkis, tentunya memiliki banyak atlet-atlet potensial. Kompetisi di tingkat lokal, nasional, dan internasional pun juga tak pernah sepi.
Tak pelak persaingan ketat pun mewarnai, hingga sangat wajar bahwa banyak atlet-atlet Indonesia yang mampu bersaing di papan atas dunia meskipun usia masih muda.
Sebut saja Apriyani Rahayu yang mampu merebut emas Olimpiade Tokyo 2020 bersama Greysia Polii di usianya yang ke-23.
Kemudian Jonatan Christie meraih emas Asian Games 2018 di usianya yang masih 21 tahun. Belum lagi contoh-contoh lainnya yang tentunya sangat berderet jika dijabarkan satu per satu.
Kondisi itu tentunya menjadi salah satu tanda positif dari regenerasi bulutangkis Indonesia yang berjalan semestinya sesuai tradisi.
Namun di balik persaingan yang begitu ketat, ada sisi lain di mana beberapa pebulutangkis Indonesia memutuskan hengkang untuk membela negara lain.
Tak serta-merta karena persaingan ketat di Indonesia, namun para pebulutangkis tersebut memiliki cerita sendiri mengapa mereka memutuskan untuk hijrah ke negara lain.
INDOSPORT.com mencoba untuk merangkum empat pebulutangkis muda yang putuskan membela negara lain dengan ceritanya masing-masing.
Mereka adalah Andika Ramadiansyah, Ade Riski Dwicahyo, dan Setyana Mapasa. Sementara tunggal putra Aria Dinata baru saja mengumumkan keputusannya bakal bela Kroasia mulai Januari 2023 usai dibuat sakit hati PBSI.
1. Cerita Aria Dinata Hingga Andika Ramadiansyah
1. Aria Dinata
Aria Dinata adalah tunggal putra Indonesia yang saat ini menempati ranking 701 dunia. Dia pernah menjadi juara di ajang OUE Singapore Youth International Series 2017.
Aria Dinata belum lama ini mengumumkan kabar bahwa dia akan mulai membela Kroasia mulai Januari 2023 mendatang.
Alasannya tak lain karena dibuat sakit hati dengan PBSI yang tidak mengizinkannya ikut berpartisipasi di beberapa turnamen bulutangkis internasional.
Sebelumnya, ada atlet bulutangkis Andi Fadel Muhammad hingga pemilik klub pun melayangkan protes yang sama tak diizinkan ikut turnamen.
PBSI sendiri memang sudah merevisi beberapa aturan baru untuk atlet yang diberikan izin ke suatu turnamen bulutangkis.
Aturan tersebut salah satunya adalah atlet Indonesia yang hendak mendaftarkan diri ke turnamen , harus ada minimal ranking.
Bahkan di level Future Series, PBSI mengharuskan atlet memiliki ranking minimal 1-400. Kebijakan itu dianggap merugikan sejumlah atlet non-ranking untuk mendaftar ke suatu turnamen.
Andika Ramadiansyah, mantan partner Rinov Rivaldy, kini putuskan membela Australia setelah beberapa lama dirinya tak lagi di pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur.
Hal itu sebagaimana dilansir dari penyataan Dewan Federasi Bulutangkis Dunia (BWF) asal Indonesia, Bambang Roedyanto, di twitter pribadinya pada Senin (03/10/22).
“Andika Ramadiansyah (Indonesia), Poon Lok Yan (Hong Kong) dan Low Pit Seng (Malaysia) sekarang main utk negara Australia,” tulis Bambang Roedyanto.
2. Setyana Mapasa dan Ade Resky Dwicahyo
Melansir laman BWF, Andika Ramadiansyah debut membela Australia di ajang bulutangkis Sydney International 2022 (5-9 Oktober).
Dalam turnamen di Australia tersebut, Andika Ramadiansyah berpasangan dengan Zhe Hooi Choo di ganda putra, serta Mian Dian Nurlia di sektor ganda putri.
Belum diketahui alasan mengapa Andika Ramadiansyah hengkang ke Australia. Namun dalam beberpaa turnamen terakhirnya di bawah bendera Indonesia, mantan bintang PBSI itu sering bergonta-ganti partner.
3. Ade Resky Dwicahyo
Ade Resky Dwicahyo yang lahir di Indoensia, memilih pindah ke negara Azernbaijan bersama partnernya, Azmy Qowimuramadhoni.
Ada alasan kuat mengapa dia berpindah ke Azerbaijan adalah ingin memperlebar kesempatan berkarier di dunia bulutangkis. Karena di Indonesia pun persaingan sudah ketat dan sulit.
Tawaran pindah ke Azerbaijan pada tahun 2018 pun tak disia-siakan ketika Ade Resky Dwi Cahyo bisa mewakili negara barunya untuk menembus Olimpiade Tokyo 2020.
Pemain bernama lengkap Setyana Daniella Florensia Mapasa ini lahir di Manado, Sulawesi Utara. Ia mengawali karier sebagai pemain bulutangkis di Indonesia.
Setyana juga sempat meraih medali perak di nomor beregu campuran di Kejuaraan Dunia Junior 2013. Namun kemudian ia mengalami cedera cukup parah di lututnya dan hampir berhenti bermain bulutangkis.
Dia lalu melakukan rehabilitasi di Australia. Di sanalah ia mendapat tawaran bermain dan mewakili Australia hingga saat ini, bahkan hingga ke tingkat Olimpiade.