Menilik Regenerasi Ganda Putra Indonesia Jelang Olimpiade 2024, Berlapis Emas Tanpa Cela?
INDOSPORT.COM – Jelang dimulainya kualifikasi Olimpiade 2024 yang dimulai Mei tahun depan, mari menilik regenerasi ganda putra Indonesia yang dikatakan berlapis emas tanpa cela.
Terdapat enam pebulu tangkis ganda putra Indonesia dalam jajaran 20 besar dunia, dipimpin Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon (2), Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, dan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan (6).
Kemudian ada Pramudya Kusumawardana (12), Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri (13), dan Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin (17).
Tak mengherankan, dengan komposisi tersebut, sektor ganda putra Indonesia dianggap menjadi salah satu yang terbaik soal urusan regenerasi.
Bahkan apiknya regenerasi ganda putra Indonesia itu terang-terangan diakui sejumlah legenda bulutangkis dari negara lain, seperti mantan atlet China yakni Cai Yun, yang merupakan mantan rival Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
“Seperti yang saya katakan sebelumnya di Weibo (media sosial), saya sangat iri dengan ganda putra Indonesia yang telah keluar satu demi satu,” ucap Cai Yun melansir Aiyuke.
“Secara umum, mereka memiliki gaya permainan yang komprehensif dan tahu bagaimana menggunakan teknik dan taktik secara wajar dalam pertandingan,” sambungnya.
Jika dilihat lihat lebih mendalam, tahun ini saja, hanya ada empat ganda putra yang berhasil naik podium juara turnamen bulutangkis.
Delapan di antaranya diraih pasangan Indonesia, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto, yang mengantarkan mereka melesat ke peringkat tiga dunia BWF.
Sementara tiga lainnya diraih oleh Liang Wei Keng/Wang Chang (Japan Open), Liu Yu Chen/Ou Xuan Yi (Indonesia Open), Aaron Chia/Soh Wooi Yik (Kejuaraan Dunia Bulutangkis).
Namun benarkah dengan dominasi tersebut, ganda putra Indonesia memiliki regenerasi emas tanpa cela jelang perhelatan akbar Olimpiade 2024 di Paris?
1. Veteran Jadi Role Model
Kualifikasi Olimpiade 2024 yang akan berlangsung di Paris, Prancis, akan dimulai pada Mei 2023 mendatang dalam sejumlah gelaran turnamen BWF.
Artinya semua pebulutangkis, termasuk Indonesia harus mulai bersiap diri untuk maraton berburu tiket kualifikasi, yakni delapan yang terbaik dalam masing-masing sektor.
Mengingat hanya maksimal dua wakil di satu negara untuk masing-masing sektor, maka seberapa pun baiknya ganda Indonesia, pada akhirnya tidak semua bisa tampil di Olimpiade 2024 mendatang.
Kenyataan ini harus digarisbawahi, bisa berdampak positif terhadap memanasnya persaingan di dalam negara, maupun dengan atlet luar negeri soal urusan berburu poin.
Masalahnya, meski ganda putra Indonesia memiliki para pelapis tak berkesudahan, harus diakui bahwa psikologi tak stabil, terkadang membuat misi yang diusung gagal tercapai.
Nahasnya, misi itu tak jarang lepas di turnamen-turnamen major seperti Olimpiade dan Kejuaraan Dunia Bulutangkis . Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon contohnya.
Bertahta hampir lima tahun di ranking satu dunia, tetapi Kevin Sanjaya/Marcus Fernaldi Gideon justru demam panggung dan terhenti di perempat final Olimpiade 2020 Tokyo.
Kevin/Marcus juga belum sekali pun meraih medali Kejuaraan Dunia Bulutangkis terlepas dari betapa superiornya mereka di gelaran Super Series atau BWF World Tour.
Contoh lainnya, Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto yang sangat konsisten dengan menembus delapan final BWF World Tour tahun ini, justru terhenti di semifinal BWF World Tour Finals 2022.
Ada pula Bagas Maulana/Muhammad Shohibul Fikri yang menjuarai All England 2022, kini masih kesulitan kembali ke top performa jelang Olimpaide 2024.
Bisa dikatakan, soal urusan psikologi, yang paling konsisten adalah pasangan ganda putra veteran Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan yang sering jadi penyelamat Indonesia di major event bulutangkis.
2. Psikologi Faktor Krusial
Komentator BWF, Steen Pedersen, sempat berujar pentingnya pendampingan psikolog bagi atlet ganda putra China, Ou Xuan Yi di partai puncak BWF World Tour Finals 2022.
Pada pertandingan itu, Ou Xuan Yi yang berpasangan dengan Liu Yu Chen sedang berhadapan dengan pebulu tangkis Indonesia Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan.
Demikian kutipan yang dilansir dari twitter @badmintontalk, “saya pikir Ou Xuan Yi tidak membutuhkan pelatih sekarang. Dia membutuhkan psikolog olahraga,”ucap Steen Pedersen.
Kalimat Steen Pedersen menunjukkan betapa pentingnya dukungan mental dalam pertandingan modern seperti bulutangkis.
Termasuk Indonesia, semua negara bulutangkis tentunya melibatkan psikolog olahraga untuk mendukung karier para atletnya.
Karena dengan adanya psikolog olahraga, dapat membantu para atlet bulutangkis untuk mengatasi stres para atlet dalam menghadapi banyak tekanan.
Hal itu sangat krusial selain urusan teknis yang terkadang dipersiapkan oleh para pelatih dan pelatih untuk mencapai target tertentu.
Jelang Olimpiade 2024, PBSI selaku induk federasi bulutangkis Indonesia tentunya sudah menyiapkan serangkaian tretamnt untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kelebihan para atletnya.
Soal psikologi mau tak mau harus disebut sebagai salah satu faktor yang harus diperhatikan Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan dan kawan-kawan jelang Olimpiade 2024.
Jika demikian, tidak hanya ganda putra, tetapi empat sektor lain di Indonesia berpotensi untuk menggondol emas Olimpaide 2024 mendatang.