Pesimistis Indonesia Jadi Tuan Rumah Piala Thomas-Uber, Dewan BWF: Mahal Sekali!
INDOSPORT.COM - Impian Badminton Lovers (BL) untuk menyaksikan turnamen bulutangkis bergengsi, Piala Thomas-Uber di Indonesia, tampaknya sulit terwujud.
Pasalnya, anggota Dewan BWF, Bambang Roedyanto alias Koh Rudy, menyebut biaya untuk menggelar Piala Thomas-Uber sangat besar, bahkan melebihi turnamen lainnya.
Piala Thomas adalah ajang bulutangkis beregu sektor putra, sementara Piala Uber adalah turnamen beregu di sektor putri.
Masih ada ajang beregu lain, yakni Piala Sudirman. Di sini, setiap sektor akan maju, baik tunggal putra, ganda putra, tunggal putri, ganda putri, dan ganda campuran.
Nantinya, setiap negara peserta akan melakoni babak penyisihan grup terlebih dulu, mengumpulkan poin demi poin, dan yang terbanyak akan lolos ke fase semifinal.
Indonesia pernah menjuarai Piala Thomas 2020, namun gelar itu gagal dipertahankan saat Hendra Setiawan dkk. tumbang atas India tahun lalu.
Berikutnya, akan ada Piala Sudirman 2023 di Suzhou, China, dan Piala Thomas-Uber 2024 di China pula. Namun belakangan, India coba nego untuk jadi tuan rumah.
Melihat keberanian India untuk menjadi tuan rumah Piala Sudirman dan Kejuaraan Dunia Junior, banyak BL yang berharap Indonesia juga segera jadi tuan rumah major event.
Namun, Koh Rudy mengungkapkan fakta mencengangkan. Ia mengaku jika Indonesia pesimis untuk menjadi tuan rumah di Piala Thomas-Uber atau major event lainnya.
Sebab, biaya yang harus dikeluarkan untuk menggelar major event bulutangkis sangat besar, berbeda dengan turnamen selevel World Tour yang rutin dihelat tiap tahun.
1. Koh Rudy Bongkar Biaya Gelear Major Event
Melihat banyaknya Badminton Lovers (BL) yang meminta Indonesia menjadi host atau tuan rumah Piala Thomas-Uber, Koh Rudy membuat klarifikasi di laman Twitter-nya.
"Untuk jadi tuan rumah Thomas-Uber Cup atau Sudirman, atau World Chmapionship, itu mahal sekali," blak-blakan Koh Rudy.
"Untuk tiket Indonesia Masters segitu sudah komplain," sambung Koh Rudy, mengingat sebelumnya banyak BL yang protes ketika ada wacana untuk menaikkan harga tiket.
"Kita tidak ambil, karena tidak bisa menutupi cost, di mana 80 persen commercial oleh BWF, dan tuan rumah hanya dapat 20 persen."
Jika memang Indonesia bersedia menjadi tuan rumah ajang major event, maka ada kemungkinan harga tiket akan melonjak, guna menutupi kekurangan yang ada.
"Bisa-bisa tiket dijual 1-3 juta per sektor, per hari," jelas Anggota Dewan BWF tersebut.
Meski sudah mengetahui hal ini, namun masih banyak BL yang berharap suatu saat Indonesia berani menjadi tuan rumah. Koh Rudy membuka peluang jika ada sponsor.
"Kecuali ada sponsor mau bayar 30 M ke atas," jelas Bambang Roedyanto alias Koh Rudy.
Sekadar informasi, Indonesia pernah menjadi tuan rumah major event World Championship 2015. Kala itu, Kejuaraan Dunia ini dihelat di Istora Senayan, Jakarta.
Namun, saat itu harga tiket memang masih cukup terkangkau. Untuk tiket terusan level VIP (7 hari) hanya dibanderol seharga Rp1,7 juta, dan tiket harian mulai Rp30 ribu saja.
Hanya saja, perlu dipertmbangkan adanya perubahan kebijakan dari BWF di setiap tahun, sehingga membuat Indonesia kini urung menjadi tuan rumah.